RAKYATKU.COM, PAPUA - Pentolan OPM Wilayah Nduga yang pernah membantai puluhan pekerja jembatan, Egianus Kogeya, melayangkan tuduhan kepada TNI atas tewasnya lima warga Papua di jalur trans Wamena-Nduga.
Egianus menuding, kelimanya tewas akibat berondongan tembakan dari TNI. Itu dijadikan alasan Egianus untuk kemudian membantai warga sipil Non-Papua.
"TNI mengajari kami untuk membunuh warga sipil. Saya juga akan menghabisi warga sipil Non-Papua yang ada di Nduga dan Papua," ancamnya.
Terkait tudingan itu, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Eko Daryanto membantah keras tuduhan itu.
Menurut Eko, tuduhan itu sepihak, karena perlu adanya fakta dan data forensik maupun hasil autopsi korban. "Jadi tudingan tersebut sangat tidak berdasar dan belum pasti kebenarannya," katanya.
"Pemerintah atau negara Indonesia adalah negara hukum, kalau ada kejadian seperti itu kita tempuh lewat jalur hukum, jika memang ditemukan lima orang yang meninggal, kenapa tidak diautopsi dulu, dicari apa penyebab meninggalnya lima orang tersebut, bukan langsung membuat tudingan seolah-olah TNI yang melakukan penembakan atau pun pembunuhan," tegasnya.
Eko menyarankan keluarga korban untuk melakukan autopsi, agar diperoleh fakta yang benar tentang penyebab meninggalnya. "Kami (TNI) akan mendukung sepenuhnya dan menghormati jika akan dilakukan langkah atau proses hukum dengan membentuk Tim Investigasi Gabungan (TNI/POLRI) di Distrik Iniye, Kabupaten Nduga," tambahnya.
Sebelumnya, Warga Kampung Iniye, Distrik Mbua, Nduga, Papua, dan aktivis Jaringan Pembela HAM Pegunungan Tengah, digegerkan oleh penemuan lima jenazah dalam satu lubang yang ditutupi dedaunan, sebelum ditimbun tanah.
Kelima jenazah yang tiga di antaranya adalah perempuan itu, ditemukan pada hari Kamis (10/10/2019). Warga setempat menduga kelimanya tewas ditembak aparat TNI.
Samuel Tabuni, tokoh pemuda Nduga yang juga merupakan saudara dari korban menjelaskan, tanggal 20 September, kelima korban dari Wamena hendak ke Nduga untuk membawa bahan makanan.
Mereka menggunakan Mobil Estrada. Korban saat itu bersama rombongan pemuda Nduga. Di Kampung Iniye, sejumlah orang memisahkan diri membawa bahan makanan ke kampung masing-masing.
Sedangkan korban bersama rombongan yang tersisa, menyimpan bahan makanan yang mereka bawa di Gua Batu di Gunung Kanbobo, karena tempat mereka masih jauh dari Kampung Iniye. Korban kemudian menginap di Kampung Iniye.
“Pada tanggal 21 September, lima orang berniat mengambil bahan makanan yang mereka simpan di Gua Batu. Sementara yang lainnya menyusul kemudian. Saat rombongan lainnya sedang menyusul, terdengar bunyi tembakan sehingga mereka tak berani meneruskan perjalanan mereka ke Gua Batu. Mereka berbalik kembali ke Iniye lalu menelepon saya,” kata Samuel Tabuni seperti dilansir dari Suara.com, Minggu (13/10/2019).
Samuel melanjutkan, ia masih belum yakin terhadap informasi yang didapatnya dari warga di Kampung Iniye. Ia kemudian meminta bantuan kepada aparat keamanan untuk mencari tahu kebenaran informasi tersebut.
Namun aparat keamanan mengatakan tidak ada laporan mengenai insiden penembakan di Mbua.
“Ini saudara saya yang jadi korban, sehingga saya terus mencari tahu kebenarannya. Setelah lebih 20 hari, akhirnya terungkap juga bahwa benar kelimanya menjadi korban penembakan yang diduga dilakukan oleh oknum anggota TNI,” kata Samuel Tabuni.
Ia menyebutkan, warga yang menghubungi dirinya mengatakan melihat anggota TNI di sekitar Gua Batu.
Lima orang yang meninggal itu adalah Ibu Yuliana Dronggi (35), Ibu Jelince Bugi (25), Ibu Macen Kusumbrue (26), Tolop Bugi (13) dan Hardius Bugi (15 tahun).