Minggu, 13 Oktober 2019 15:15
Foto yang diposting kru TPNPBNews yang diklaim tim kemanusiaan sedang mengevakuasi mayat.
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, PAPUA - Seorang buruh bangunan asal Toraja, Deri Datu Padang (30), tewas ditikam orang tak dikenal, Sabtu (12/10/2019) sore di depan Jembatan Wouma, Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Belum ada pihak yang betanggung jawab.

 

Namun sebelumnya, pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Nduga, telah menegaskan akan menghabisi seluruh warga sipil non-Papua yang ada di Papua. Alasannya, mereka menuduh TNI/Polri telah menembak mati 5 warga sipil di Distrik Iniye, Kabupaten Nduga, Papua.

Ancaman itu diposting Egianus Kogeya di akun Fanpage TPNPBNews, media publikasi separatis Papua tersebut.

Menurut tuduhan mereka di postingan tersebut, pada 23 September 2019, pasukan TNI telah menembak mati 5 warga sipil secara brutal. Nama-nama korban yang mereka sebutkan di postingan tersebut antara lain, Ibu Yuliana Doronggi (40), Masena Tabuni (32), Artius Lokbere (15), Yulince Lokbere (13), dan Tollop Lokbere (23). 

 

"Kronologis kejadian bahwa masyarakat sipil tersebut dari kampung Iniye, naik ambil bama (bahan makanan) barang jualan milik mama Pdt di Jalan trans Wamena di Nduga. Barang tersebut diturunkan dari Wamena diangkut dengan kendaraan. Setelah mereka ambil bama itu kembali ke kampung Iniye, pada saat itu Pasukan TNI menembak dari belakang membuat 5 warga itu tewas lansung," tulis Egianus.

Setelah itu kata Egianus, pasukan TNI membut kemah darurat menjaga ketat sampai mayatnya semua membusuk. "Maka tanggal 9 Oktober ada tim kemanusiaan naik olah TKP ternyata 5 mayat itu sudah jadi tenggorak dan Pasukan TNI gali tanah lalu kubur dalam satu lobang galian," tulisnya.

"Pasukan TNI mengajar saya membunuh warga sipil di Ndugama. Maka saya dengan tegas akan membunuh Warga sipil Non Papua yang ada di Ndugama maupun di PAPUA lainnya, saya akan bunuh mereka semua Habis," tegas Egianus.

Pemerintah Indonesia harus ketahui, bahwa bunuh bunuh warga sipil bukan solusi penyelesaian konflik di Papua, justru mempersulitkan masalah. Jadi yang saya tuntut adalah kembalikan hak penentuan nasip sendiri tutur," pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT