RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Fakta terbaru muncul dari kasus dua siswi SMA di Makassar yang dijual di kafe remang-remang Parepare. Orang tua korban diduga terlibat dalam kasus ini. Itu setelah orang tua korban tiba-tiba mencabut laporannya.
"Orang tuanya tiba-tiba cabut laporan tidak mau dilanjutkan, kan jadi tanda tanya buat kita. Tapi tetap kita bersikeras untuk melanjutkan kasus ini," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Makassar AKBP Indratmoko, Selasa (8/9/2019).
Katanya, pihaknya akan menunggu keterangan mendalam dari kedua korban, setelah psikologinya membaik. "Kita masih tunggu hasil pendalaman psikolog untuk si anak. Selain pemeriksaan ke tersangka juga ini, kita periksa orang tuanya. Apalagi bapaknya ini (Nu) bapak tiri," paparnya.
Keterlibatan orang tua korban semakin jelas, setelah kedua korban mengungkapkan pengakuan yang mengejutkan kepada P2TP2A Makassar. Korban mengakui bahwa keduanya bekerja sebagai pelayan dengan seizin orang tua.
"Menurut pengakuannya, keduanya pergi bekerja di Bantaeng karena seizin orang tuanya. Mereka bahkan sering mengirimkan uang hasil gajinya di Bantaeng ke orang tuanya," ujar Ketua Tim Reaksi Cepat P2TP2A Makassar, Makmur Payabo.
Akan tetapi, keduanya melarikan diri dari Bantaeng dan pergi ke Parepare, karena di Bantaeng keduanya melayani lelaki hidung belang. Setelah sebulan di Parepare orang tuanya kemudian mengetahui bahwa korban sudah tidak di Bantaeng.
Sehingga, orang tua korban meminta kedua korban untuk pulang. Namun, keduanya tidak mau pulang dan tidak mau dipekerjakan sebagai pelayan lelaki hidung belang.
"Nah makanya orang tuanya melapor ke Polrestabes Makassar, supaya bisa dibantu menelusuri dan memulangkan kedua korban dari Parepare," katanya.
Yang menjadi kecurigaan, setelah orang tua korban tiba-tiba mengetahui lokasi anaknya dan pergi berangkat sendiri ke Parepare. "Tidak lama itu, orang tuanya tiba-tiba tahu lokasi anaknya di Parepare," ucapnya.
Diduga upah atau uang yang dikirimkan ke orang tuanya sangat sedikit setelah di Parepare, karena upah dia dapat di Parepare Rp10 ribu per botol minum dan Rp5 ribu per botol ballo. Sementara saat di Bantaeng Rp500 ribu per satu kali melayani laki-laki.
"Dan menurut korban, uang itu langsung dia kirimkan ke orang tuanya. Nah...di Parepare kecil uang dia kirimkan orangtuanya makanya orang tuanya minta pulang, tapi mereka tidak mau," tutupnya.