RAKYATKU.COM - Maulana Suryadi alias Yadi (23) meninggal bersimbah darah usai ikut demo di sekitar gedung DPR, Rabu (25/9/2019) lalu.
Sebelum berangkat berdemo, juru parkir di Tanah Abang itu meminta maaf kepada ibunya. Bahkan Yadi sempat memijat sang ibu dan mencium tangan sebelum ikut demo.
"Terus cium tangan, (dan mengatakan) 'maafin Yadi ya, bu', cium tangan lagi," kata ibu Yadi, Maspupah.
Keesokan harinya, Kamis (26/9) sekitar pukul 20.00 WIB, sepulang kerja Maspupah menerima kedatangan delapan orang yang mengaku polisi yang menumpang dua mobil. Mereka kemudian memperlihatkan jasad Yadi.
"Polisi ngajak makan dulu. 'Enggak ah, makasih udah kenyang'. Polisi bilang Maulana udah enggak ada, sabar ya. Saya kaget, nangis. Orang dia masih keadaan sehat [sebelum berangkat demo]," ujar Maspupah.
Ia juga sempat ke Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur untuk mengurus jasad Yadi. Saat itu, Maspupah disodorkan surat pernyataan mengenai penyebab kematian Yadi. Bahwa, anaknya meninggal dunia akibat terkena gas air mata dan penyakit asma.
"Abis itu saya dipanggil sama polisi ke kamar, ngasih amplop buat ngurus biaya jenazah Yadi, Rp10 juta. Saya enggak banyak omong, takut," tuturnya.
Saat itu, Maspupah melihat jasad Yadi mengeluarkan darah dari telinga. Saat menanyakan hal itu ke pihak RS, petugas mengklaim itu disebabkan karena penyakit asma.
Saat dimakamkan pun menurut Maspupah, jasad Yadi masih mengeluarkan darah. Tidak ada petugas kepolisian yang hadir dalam pemakaman itu.
Wanita yang bekerja menjaga lahan parkir itu mengakui putranya memang mengidap asma karena turunan dari mendiang sang ayah. Yadi, kata dia, terkadang merasakan sesak nafas saat asmanya kambuh.
Maspupah menyatakan tidak terima jika Yadi memang benar dipukuli hingga meninggal dunia karena dituduh ikut demo yang berujung ricuh.
"Dunia akhirat saya tidak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas," cetus Maspupah dilansir Antara.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang pedemo tewas saat demonstrasi di sekitar Gedung DPR/MPR RI pada pada Rabu (25/9).
Tito menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.
Sementara itu, Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati mengklaim tidak ada tanda kekerasan pada jasad Maulana Suryadi.
"Saat saya terima di kamar mayat, tanda kekerasan aja tidak ada. Badannya bersih, kepala dan badan bersih. Tidak ada jejak kekerasan seperti darah," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo.
"Kalau orang meninggal memang seperti itu, keluar darah karena pecahnya pembuluh darah, karena faktor pembekuan. Makanya, jenazah yang dikafani, ditutup lubang-lubangnya dengan kapas," imbuh dia.