Rabu, 18 September 2019 10:31
Ist.
Editor : Ibnu Kasir Amahoru

RAKYATKU.COM - The Santri, Film garapan Nahdlatul Ulama (NU) ini menuai kontroversi setelah trailer-nya dirilis baru-baru ini.

 

Sejumlah kalangan menyebut film The Santri tidak mencerminkan tradisi santri. Bahkan, menantu Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab, Hanif Alathas menolak penayangan film The Santri yang diinisiasi.

Terkait polemik tersebut, pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membantah film The Santri tidak mendidik dan cenderung liberal. 

Wakil Sekjen PBNU, selaku Produser Eksekutif film The Santri Imam Pituduh mengatakan, film garapan sutradara kakak beradik, Livi Zheng dan Ken Zheng itu mengajarkan kebinekaan kepada masyarakat.

 

"Spirit filmnya itu menunjukkan semangat Indonesia dengan kebinekaannya, sangat ramah, damai, dan toleran," kata Imam. 

Imam menuturkan salah satu adegan kebinekaan dalam film The Santri adalah ketika dua orang santri memberikan tumpeng kepada jemaat gereja. Ia mengatakan adegan itu diambil dari tradisi dan kebiasaan masyarakat pesantren, yakni ater-ater.

Ia membeberkan ater-ater adalah budaya membagikan makanan kepada orang lain, baik muslim atau nonmuslim ketika menjelang bulan Ramadan.

Budaya ater-ater, kata dia, juga sengaja diangkat dalam rangka untuk menggambarkan bahwa menjadi santri bukan berarti kaku dalam bersosialisasi dengan orang lain.

"Islam yang kami ingin tunjukkan adalah Islam yang ramah, bukan marah-marah, merangkul, bukan memukul, toleran, mengajak, bukan mengejek. Nah ini yang penting kami ingin tunjukkan," ujarnya, dilansir CNNIndonesia, Rabu (18//9/2019).

Terkait dengan tudingan The Santri terlalu liberal karena adegan santri memberi makanan ke gereja, ia mengaku enggan menanggapi serius. Ia hanya mengingatkan Rasulullah pernah menyuapi setiap hari pengemis buta yang beragama Yahudi.

"Coba bayangkan, bukan hanya sekadar dibawakan tumpeng ke gereja lho ya, disuapin. Betapa mulianya nilai kemanusiaan ini. ini yang harus dicontoh," ujar Imam. 

Di sisi lain, Imam berkata perjalanan bangsa Indonesia tidak akan bisa dilepaskan dari santri. Santri bersama kalangan nonmuslim disebut berperan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Jadi sesungguhnya spirit santri adalah spirit toleransi, kebinekaan, kebangsaan, yang itu sudah ada dari dulu. Maka dengan demikian santri ini semangatnya harus diangkat ke publik," pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT