Sabtu, 07 September 2019 06:31
Brenton Tarrant
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, CHRISTCHURCH - Brenton Tarrant, sempat memperingatkan ibunya bahwa ia akan segera mendengar 'hal-hal paling mengerikan' tentang dirinya, sebelum ia melakukan pembantaian penembakan mematikan di Christchurch yang mengejutkan dunia.

 

Supremasi kulit putih Australia berusia 28 tahun itu, saat ini ditawan di penjara dengan keamanan maksimum di Auckland. Menunggu persidangan atas pembunuhan 51 jemaah Muslim pada 15 Maret dalam penembakan massal terburuk dalam sejarah modern Selandia Baru.

Dipahami, dia mengirim pesan singkat kepada ibunya Sharon Tarrant, tak lama sebelum dia diduga melakukan pembantaian, lapor The Weekend Australia.

Pesan itu digambarkan oleh sumber-sumber sebagai 'catatan perpisahan', di mana Tarrant memperingatkan ibunya, bahwa dia akan melihat dan membaca 'hal-hal paling mengerikan' tentang dia.

 

Catatan itu tidak secara langsung merujuk pada rencana untuk membantai jemaah di dua masjid Christchurch selama salat Jumat.

Pria asal dari Grafton di NSW utara itu mmemberi tahu ibunya dalam surat, yang telah diputuskan tentang tujuannya dan itu tidak mencerminkan dirinya.

Dia mendesaknya untuk melanjutkan hidupnya dan bahwa dia mencintainya. 

Ada juga laporan yang tidak diverifikasi. Tarrant mengirim pesan yang sama kepada saudaranya Lauren. 

Nyonya Tarrant tengah mengajar bahasa Inggris di Maclean High School, ketika putranya mengirim pesan kepadanya.

Pada saat dia membaca pesan itu, dia awalnya tidak menyadari bahwa Tarrant telah diduga menembaki dua masjid yang penuh dengan jemaah.

Diyakini dia mengendarai mobil ke kantor polisi terdekat untuk memperingatkan petugas, yang ditutup dan menunggu petugas dari stasiun terdekat untuk mengemudi dan menemuinya.

Dalam bulan-bulan menjelang pembantaian, keluarga Tarrant menjadi semakin khawatir tentang dia. 

Tarrant hidup dalam isolasi di Dunedin di Pulau Selatan Selandia Baru, setelah menghabiskan warisan yang diterimanya setelah kematian ayahnya, Rod pada tahun 2010.

Rekan Ny. Tarrant,  Gerald Tory, pada hari-hari setelah pembantaian itu mengatakan, dia belum dan tidak dapat memahami apa yang dituduhkan kepadanya.

"Sharon bingung, kami berdua bingung," kata Mr Tory kepada Daily Mail Australia pada bulan Maret.

"Apa yang dituduhnya dilakukannya mengerikan, menyedihkan. Aku patah hati karenanya. Saya merasa untuk pasangan saya (Sharon). Dia bingung, dia benar-benar patah hati.

"Secara pribadi saya tidak menyetujui jenis kekerasan seperti itu, dan saya benar-benar patah hati."

Tarrant mengaku tidak bersalah atas pembunuhan di Christchurch.

TAG

BERITA TERKAIT