Minggu, 18 Agustus 2019 18:18
Tumpukan alas kaki tamu resepsi pernikahan yang tewas dan luka akibat bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan. (FOTO-FOTO: REUTERS)
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Kursi-kursi merah berbalut kain putih itu berlumuran darah. Piring-piring yang masih berisi makanan dibiarkan begitu saja.

 

Puing-puing soundsystem milik grup musik berserakan di lantai. Puluhan pasang sepatu ditinggalkan pemiliknya.

Resepsi pernikahan yang awalnya dipenuhi keceriaan itu berubah duka. Bom bunuh diri di dekat pemusik mengacaukan resepsi pernikahan di sebuah gedung di Kabul, Afghanistan.

Kantor berita Reuters melaporkan, ledakan bom ini menewaskan 63 orang dan melukai 182 orang. Kejadiannya Sabtu malam (17/8/2019).

 

Serangan tersebut terjadi ketika Taliban dan Amerika Serikat (AS) sedang berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan terkait penarikan pasukan AS. 

Negoisasi ini merupakan imbalan atas komitmen Taliban pada pembicaraan soal keamanan dan perdamaian dengan pemerintah Afghanistan yang didukung AS.

Taliban menolak bertanggung jawab kejadian ini. Mereka justru mengutuk ledakan di aula pernikahan Kabul barat itu. Karena di sana ada lingkungan minoritas Syiah, yang juga hadir dalam acara pernikahan.

"Wanita dan anak-anak termasuk di antara korban," kata juru bicara kementerian dalam negeri, Nasrat Rahimi.

Pembom itu meledakkan bahan peledaknya di dekat panggung tempat para musisi bermain.

"Semua pemuda, anak-anak dan semua orang yang ada di sana terbunuh," kata saksi mata, Gul Mohammad. 

Survivor Ahmad Omid mengatakan sekitar 1.200 tamu telah diundang ke pernikahan sepupu ayahnya itu. 

"Aku bersama pengantin pria di kamar lain ketika kita mendengar ledakan dan kemudian aku tidak bisa menemukan siapa pun," katanya.

"Semua orang tiarap di sekitar aula," lanjut dia.

Ledakan Sabtu malam datang tak lama setelah akhir liburan Iduladha dengan penduduk Kabul mengunjungi keluarga dan teman-teman, dan menjelang Hari Kemerdekaan ke-100 Afghanistan pada hari Senin. 
Namun Presiden Ashraf Ghani mengatakan para militan tidak bisa lolos dari tuduhan atas serangan "biadab" tersebut. Menurutnyam justru Talibanlah yang jadi biang keladi tragedi ini.

"Taliban tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan karena mereka menyediakan platform untuk teroris," katanya dalam sebuah posting di Twitter.
 

TAG

BERITA TERKAIT