RAKYATKU.COM, MALAYSIA - Permaisuri Raja Malaysia, Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah Iskandar, hari itu berada di Plaza Kuantan bersama pengawalnya. Saat itu dia masih berstatus permaisuri putra mahkota Pahang.
Tiba-tiba seorang penjual ponsel bernama Keat berlari menghampirinya.
"Kakak....kakak!!!," teriak Keat.
Permaisuri berhenti dan tersenyum ke arah Keat.
"Ini ponsel yang kakak pesan," ujar Keat.
Pengawal permaisuri kemudian bicara dengan nada tinggi.
"Apa kau bilang? Kakak? Kau tahu dengan siapa kau bicara?" tanya pengawal.
"Ya...kakak ini adalah pelanggan toko ponsel saya," ujar Keat polos.
"Hei...beliau adalah putri mahkota Pahang," ujar pengawal.
Keat kaget dan hendak mencium tangan permaisuri, tapi permaisuri menolaknya.
Yang Mulia malah tertawa dan berkata kepada Keat, "Tidak apa-apa, aku suka kamu berteriak 'Kakak' untuk memanggilku, lain kali panggil aku seperti ini."
Keat, di sisi lain, mengatakan bahwa Permaisuri Agong memperlakukannya dengan baik, berbeda dengan pelanggan-pelanggan terkenalnya yang mengerikan.
Meskipun demikian, Permaisuri mengatakan bahwa Keat telah pindah ke Australia, dan dia baru tahu bahwa sang Putri Pahang telah menjadi Permaisuri Raja Malaysia setelah membaca koran.
Setelah itu, Pemaisuri ditanya bagaimana dia ingin orang Malaysia memanggilnya. Ratu menjawab bahwa orang Malaysia bisa memanggilnya Kakak, nenek, popo, atau nana.
"Panggil saja aku Kakak , jika ingin memanggilku nenek, popo, nana , juga bisa, semua orang juga memanggilku seperti itu, tidak masalah."
Yang Mulia seperti anak-anak biasa lainnya, karena dia menjelaskan bahwa dia dulu bermasalah dengan guru-gurunya di sekolah dasar, karena dia lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya. Seolah-olah dia tidak cukup relatable, dia juga mengakui bahwa dia membenci mata pelajaran matematika dan sains ketika dia masih di sekolah menengah.
Seperti anak-anak lainnya, Yang Mulia juga takut akan hidupnya setiap kali dia gagal mata pelajaran yang disebutkan di atas. Jadi untuk menghindari cambuk ayahnya, dia diam-diam akan menandatangani kartu laporannya dan ketika Sultan Iskandar meminta kartu laporannya, dia akan berkata: "Kamu sudah menandatanganinya, kamu hanya lupa."