Senin, 12 Agustus 2019 09:57
Fenomene belalang di Sanaa, Yaman
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Ibu Kota Yaman, Sanaa, diserbu kawanan belalang pada bulan Juli 2019 lalu. Serangan belalang juga terjadi di Las Vegas.

 

Ilmuan memperkirakan bahwa fenomena ini dipicu pemanasan global. Ternyata, kondisi seperti ini sudah pernah terjadi di masa lalu dan diceritakan dalam Alquran dan Alkitab.

Dikutip dari BBC Magazine, serangga ini menyerbu karena diduga tertarik pada cahaya lampu berkilauan di kota di tengah gurun ini.

Jenis belalang yang menyerang ini tertarik dengan tanaman pangan dan bisa menghancurkan pertanian, terutama di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah.

 

Peristiwa ini diduga bisa terjadi lebih sering, merusak dan tak terduga. Para ahli memperkirakan hal ini dipicu oleh pemanasan global.

Sudah ada bukti bahwa peningkatan suhu memiliki dampak langsung terhadap metabolisme serangga.

Belalang gurun bisa berkelompok dengan cepat dan mengancam persediaan pangan dunia.

Kajian yang dilakukan oleh ilmuwan Amerika dan diterbitkan di jurnal Science di tahun 2018 menemukan bahwa cuaca panas membuat serangga lebih aktif dan lebih mudah melakukan reproduksi.

Secara umum, serangga ini juga menjadi lebih lapar. Seekor belalang gurun dewasa bisa mengkonsumsi makan sebanyak berat tubuh sendiri mereka dalam sehari.

Suhu panas meningkatkan reproduksi serangga
Peneliti memperkitakan kerusakan global yang disebabkan oleh serangga terhadap gandum, padi dan jagung bisa meningkat dari 10 persen ke 25 persen setiap kenaikan suhu satu derajat Celsius.

Kerusakan terberat bisa terjadi di wilayah dengan iklim sedang di mana biji-bijian terbanyak diproduksi.

"Suhu yang lebih panas akan meningkatkan reproduksi serangga, kecuali di daerah tropis. Akan lebih banyak serangga, dan mereka akan makan lebih banyak," tulis Curtis Deutsch, salah satu tim peneliti di kajian tahun 2018 itu.

Suhu panas membuat serangga makan dan beranak pinak lebih banyak. Belalang gurun ini bukan satu-satunya serangga yang menyerang tanaman pangan dan diawasi oleh berbagai otoritas nasional dan internasional karena daya rusak yang besar.

Selama empat dekade ada upaya menghalangi berkembang biaknya serangga ini dan cukup berhasil. Namun di tahun 2004 terjadi wabah belalang di Afrika yang merusak tanaman pangan dengan kerugian diduga mencapai US$2,5 miliar.

Belalang merupakan salah satu wabah yang dikenal manusia dan diceritakan di dalam Alkitab dan Alquran.

Wabah yang paling merusak disebabkan oleh belalang gurun yang berpotensi merusak 10 persen mata pencarian populasi dunia, menurut lembaga pangan dan pertanian PBB, FAO.

Segerombolan "kecil" belalang ini mengkonsumsi makanan sama banyaknya dengan makanan satu hari untuk 35.000 orang. Makanan favorit belalang adalah biji-bijian termasuk beras, jagung dan gandum.

Serangga ini merupakan salah satu "musuh" tertua manusia, serbuan mereka dituliskan di dalam Alkitab dan Alquran.

Sejarawan Roma Pliny the Elde menyatakan 800.000 orang meninggal di kawasan yang kini disebut Libya, Aljazair dan Tunisa akibat kelaparan yang disebabkan oleh wabah belalang.

Sedangkan di tahun 1958 di Etiopia, kawanan belalang menutupi daerah seluas 1.000 kilometer persegi dan menghancurkan 167.000 ton biji-bijian yang cukup untuk memberi makan satu juta orang setahun.

Tahun 2016 para ahli curiga pemanasan global berperan dalam serbuan serangga terbesar di Argentina dalam 60 tahun terakhir. Musim dingin yang lembab dan hangat dipercaya memicu fenomena ini.

FAO juga memperingatkan perubahan iklim bisa menghasilkan kondisi ideal untuk migrasi belalang. Belalang gurun bisa terbang sejauh 150 kilometer dalam sehari.

"Di cuaca panas di masa depan, kawanan serangga mungkin bisa mencapai area yang lebih luas," kata FAO.

Belalang bahkan sempat tampil juga di Piala dunia sepak bola tahun 2014 seperti terlihat di lengan pemain Kolombia James Rodriguez.

Suhu panas juga membuat serangga ini terbang lebih tinggi dan bisa mengatasi penghalang alam seperti gunung. Mereka bisa membuka rute migrasi baru, khususnya ketika pola tiupan angin berubah.

"Secara umum, wabah belalang diperkirakan akan lebih sering terjadi dan lebih buruk akibat perubahan iklim," kata Arianne Cease, Direktur Global Locust Initiative di Arizona State University.

Kawasan penyedia pangan menjadi yang paling rentan terancam kawanan serangga ini.

Namun tak hanya itu, di Pakistan serangan wabah belalang juga mengancam panen kapas, tanaman yang menyumbang hampir setengah ekspor negeri itu.

Belalang dalam Alquran

Belalang disebut dua kali dalam Alquran yaitu dalam kisah Nabi Musa pada surat Al-A'raf ayat 133 dan dalam surah Al-Qamar ayat 7.

"Maka kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa," (QS. Al-A'raf:133).

Ayat di atas menceritakan kisah Nabi Musa saat berada di Mesir untuk membebaskan kaumnya, Bani Israil, dari siksaan Fir'aun. Sebagai bukti kebenarannya, Allah mengirimkan kepada mereka topan, katak, kutu, dan belalang dalam jumlah banyak.

Atas mukjizat tersebut, ladang pertanian dan kehidupan masyarakat Mesir pun terganggu. Allah juga mengubah air di sana, termasuk air minum, menjadi darah. Kemudian belalang juga dijelaskan dalam salah satu surat seperti di bawah ini.

"Pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan," (QS. Al-Qamar: 7)

Ayat tersebut menggambarkan kondisi pada hari kebangkitan yang dikiaskan dengan keluarnya kelompok belalang dari tanah. Seperti diketahui, belalang menanamkan telurnya di tanah berpasir.

Belalang betina akan menggali lubang sedalam 10 hingga 15 cm, dan tiap ekor dapat menghasilkan telur 90 hingga 160 butir. Belalang betina dapat menghasilkan telur tiga kali selama hidupnya.

Dalam kurun 10 hingga 45 hari, tergantung pada suhu tanah, telur belalang akan menetas dan menjadi anak belalang. Mereka keluar secara bersama-sama dan jumlahnya bisa mencapai 40 hingga 80 juta ekor per kilometer persegi.

Kehidupan belalang itu dijadikan sebagai gambaran kondisi makhluk pada hari kebangkitan setelah sekian lama berada di bawah tanah dalam bentuk tulang-belulang. Mereka dibangkitkan secara bersama-sama dan dimunculkan ke permukaan tanah.
 

TAG

BERITA TERKAIT