RAKYATKU.COM - Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang diakui secara internasional telah menerima tawaran oleh PBB untuk gencatan senjata selama hari libur keagamaan Idul Adha.
Pemerintah Libya telah berperang melawan Tentara Nasional Libya (LNA), yang dipimpin oleh komandan militer pemberontak Khalifa Haftar selama berbulan-bulan, menggusur lebih dari 100.000 orang, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (10/8/2019).
LNA belum menanggapi seruan PBB untuk gencatan senjata.
Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh GNA di Tripoli, penghentian sementara dalam pertempuran akan mencakup pertempuran darat serta serangan udara.
Misi PBB di Libya (UNSMIL) akan bertanggung jawab untuk memantau setiap pelanggaran, kata GNA.
Pertempuran antara pemerintah dan pasukan Haftar dimulai pada April ketika mereka melancarkan serangan mendadak ke ibu kota, Tripoli.
Pendukung Haftar mengatakan mereka berusaha membebaskan Tripoli dari milisi yang mereka tuduh telah mengganggu kestabilan Libya sejak jatuhnya Muammar Gaddafi dalam pemberontakan yang didukung- NATO pada tahun 2011. Haftar telah berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Gaddafi.
Sejauh ini, LNA hanya mampu menaklukkan beberapa pinggiran kota di selatan kota.
Para kritikus Haftar menuduhnya berusaha merebut kekuasaan melalui kekerasan dan memperdalam konflik antara faksi-faksi yang berbasis di timur dan barat negara Afrika Utara yang luas itu.
Serangannya telah menjungkirbalikkan rencana yang dipimpin PBB untuk menstabilkan Libya setelah bertahun-tahun konflik yang telah membuat negara kaya minyak itu terpecah dan menyebabkan standar kehidupan merosot.
Pertempuran untuk Tripoli telah menewaskan ratusan orang, termasuk pejuang dan warga sipil, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Kekuatan-kekuatan Barat semakin khawatir tentang konflik karena berisiko mengganggu produksi minyak dan mendorong lebih banyak migran untuk pergi ke Italia dan bagian lain Eropa dengan kapal.