Rabu, 07 Agustus 2019 08:31
One Child Nation
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM, CHINA - Sebuah film dokumenter baru mengungkapkan cobaan mengerikan yang dialami jutaan ibu China selama puluhan tahun karena kebijakan satu anak di negara itu.

 

Itu mulai ditetapkan oleh Partai Komunis China di tahun 1970-an. Di bawah aturan itu, sebagian besar pasangan Tionghoa yang tinggal di daerah perkotaan hanya diperbolehkan memiliki satu anak.

Para ibu harus menghadapi aborsi paksa jika mereka hamil anak kedua secara tidak sengaja atau disengaja. 

Jika orang tua memutuskan untuk menyimpannya, denda akan diterapkan, biasanya tiga kali lipat dari pendapatan tahunan keluarga itu.

 

Peraturan wajib ini dikeluarkan ketika populasi China meningkat dengan cepat, karena baby boom pasca-perang yang didorong oleh Ketua Mao.

Dikatakan bahwa kebijakan satu anak ditujukan untuk menjaga populasi China di bawah 1,2 miliar pada akhir abad ke-20.

Itu berlaku antara 1978 hingga 2015, dan sekarang sudah tidak berlaku lagi. Undang-undang itu dihapuskan pada 1 Januari 2016 dan pasangan kini diizinkan memiliki hingga dua anak.

Namun itu tetap meninggalkan luka di hati para wanita. Dalam film dokumenter berjudul One Child Nation, para orang tua membuat pengakuan jujur tentang bagaimana hukum keluarga berencana itu memengaruhi kehidupan mereka.

Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa mereka "tidak punya pilihan" selain mengikuti hukum, dan menggugurkan kandungan, meskipun itu sangat melukai hati mereka.

Terlepas dari aborsi, pengabaian bayi yang baru lahir,  terutama perempuan merupakan hasil utama kebijakan satu anak itu.

Salah satu yang diwawancarai adalah seorang pria bernama Wang. Dia mengatakan bahwa jika dia dilahirkan sebagai seorang gadis: "Saya akan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikirim pergi".

Film ini digarap oleh pembuat film China, Wang Nanfu dan Zhang Jialing. Film berdurasi 85 menit itu akan dirilis oleh Amazon pada 9 Agustus.

Itu sudah memenangkan Sundance Grand Jury Prize Winner tahun ini karena membuka "rahasia yang dipegang erat dari kebijakan satu anak China."

TAG

BERITA TERKAIT