RAKYATKU.COM - Korea Utara menghasilkan sekitar $2 miliar (Rp28,5triliun) dari serangan cyber yang menargetkan bank serta pertukaran mata uang kripto.
Hal itu terungkap dari laporan rahasia PBB, yang diserahkan kepada komite sanksi Dewan Keamanan Korea Utara. Menurut Reuters, laporan itu disusun oleh pakar independen yang memantau Korea Utara selama enam tahun terakhir.
"Aktor maya Republik Demokratik Rakyat Korea (nama resmi Korea Utara), banyak yang beroperasi di bawah arahan Biro Pengintaian, mengumpulkan uang untuk program WMD (senjata pemusnah massal), dengan total hasil hingga saat ini diperkirakan mencapai dua miliar dolar AS," demikian bunyi laporan itu kata. Biro Pengintaian adalah agen intelijen militer top Korea Utara.
Para ahli mengatakan Korea Utara "menggunakan ruang maya untuk meluncurkan serangan yang semakin canggih untuk mencuri dana dari lembaga keuangan dan pertukaran mata uang kripto untuk menghasilkan pendapatan."
Mereka juga menggunakan ruang maya untuk mencuci uang yang dicuri, kata laporan itu seperti dikutip Reuters.
Para ahli PBB mengatakan mereka sedang menyelidiki setidaknya 35 kasus yang menyerang lembaga keuangan, pertukaran mata uang kripto dan kegiatan mining yang dirancang untuk mendapatkan mata uang asing di sekitar 17 negara.
Itu juga mengatakan serangan Korea Utara terhadap pertukaran mata uang kripto memungkinkan rezim Kim Jong Un menghasilkan pendapatan yang lebih sulit untuk dilacak dan tunduk pada pengawasan.
Laporan itu juga menyatakan bahwa Pyongyang terus meningkatkan program nuklir dan misilnya meskipun tidak melakukan uji coba nuklir atau peluncuran ICBM (Rudal balistik antar benua).
Dewan Keamanan PBB secara bulat telah menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara sejak 2006. Itu merupakan upaya untuk menghentikan pendanaan untuk program-program rudal balistik Pyongyang.
Sanksi itu melarang ekspor termasuk batubara, besi, timah, tekstil dan makanan laut, serta membatasi impor minyak mentah dan produk minyak sulingan.