Selasa, 06 Agustus 2019 14:56
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Ribuan orang berbondong-bondong untuk melihat sebuah kuil Buddha di Thailand saat kekeringan mendorong permukaan air ke rekor terendah di reservoir bendungan.

 

Ketika reservoir mencapai kurang dari 3 persen dari kapasitas, sisa-sisa Wat Nong Bua Yai, sebuah kuil modern yang tenggelam selama pembangunan bendungan 20 tahun lalu, telah terlihat di tengah-tengah tanah kering, dikutip dari Asia One, Selasa (6/8/2019).

Beberapa biksu Budha termasuk di antara ratusan orang yang berjalan melalui struktur kuil yang rusak dan retak. Mereka datang untuk memberi penghormatan kepada patung Buddha tanpa kepala berukuran 4 meter, menghiasinya dengan bunga.

"Kuil biasanya tertutup air. Di musim hujan Anda tidak melihat apa-apa," kata salah seorang pengunjung, Tuan Somchai Ornchawiang, seorang pensiunan guru berusia 67 tahun.

 

Dia menyesali banjir candi tetapi sekarang khawatir tentang kerusakan yang disebabkan kekeringan pada lahan pertanian, ia menambahkan.

Bendungan, dengan kapasitas 960 juta meter kubik, biasanya mengairi lebih dari 526.000 hektar lahan pertanian di empat provinsi, tetapi kekeringan telah memotong menjadi hanya 1.214 hektar di satu provinsi Lopburi.

Departemen meteorologi mengatakan Thailand menghadapi kekeringan terburuk dalam satu dasawarsa, dengan tingkat air di bendungan di seluruh negeri jauh dari rata-rata bulanan.

Bapak Yotin Lopnikorn, 38 tahun, kepala desa Nong Bua yang dulu dekat kuil, ingat mengunjunginya bersama teman-teman ketika kecil, sebelum pembangunan bendungan memaksa penduduk desa keluar.

"Ketika saya masih muda, saya selalu datang untuk bertemu teman-teman di patung gajah di depan gedung utama untuk bermain di sana," kata Yotin.

Pada saat itu, candi adalah pusat komunitas, digunakan untuk melakukan ritual, perayaan dan kegiatan pendidikan, selain berfungsi sebagai taman bermain dan area rekreasi.

Di sebelah kompleks kuil adalah sisa-sisa 700 rumah tangga desa. Reruntuhan telah muncul kembali sebelumnya, setelah kekeringan pada tahun 2015.

"Ini adalah kedua kalinya saya melihat candi ini dalam kondisi ini," kata Yotin. "Sekarang kupikir kita perlu menyelamatkan tempat ini."

TAG

BERITA TERKAIT