RAKYATKU.COM - Di tengah kepanikan akibat gempa Banten berkekuatan 7.4 SR, warganet dihebohkan pemilik akun Facebook bernama Eyang Ibung.
Lima jam sebelum gempa terjadi, dia memasang status Facebook tentang prediksinya.
Pada pukul 14.06 WIB, dia menulis status, "Hati hati mulai nanti malam sampai malam minggu, gempa wilayah Sukabumi, Jawa Tengah dan sebagian Sumatera..."
Lalu, pada pukul 14.10 WIB dia kembali membuat status, "Mulai nanti sore wilayah banten dan Jakarta harus waspada...!"
Pada pukul 16.33 WIB, dia kembali membuat status baru, "Yuk kita sholat Asar, sebentar lagi ada gempa...!"
Status itu jadi heboh setelah pada pukul 19.03 WIB benar-benar terjadi gempa yang berpusat di Sumur, Banten. BMKG sempat memprediksi gempa berpotensi tsunami.
Hanya saja, tak semuanya benar. Eyang memprediksi gempa di Jawa Barat pukul 21.00 WIB dan di Sulawesi pukul 09.00 wita pada Sabtu (3/8/2019).
Gempa benar terjadi di Sulawesi, tepatnya di Melonguane, Sulawesi Utara. Namun, bukan terjadi Sabtu pagi, melainkan Jumat jelang tengah malam.
BMKG merilis, gempa dengan magnitudo 5.6 itu terjadi pukul 23.10 WIB. Lokasinya 5.88 LU,126.06 BT yang berjarak 219 kilometer arah barat laut Melonguane Sulawesi Utara.
Gempa berada pada kedalaman 113 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.
Hukum Mempercayai Ramalan
Umat Islam perlu berhati-hati dalam menanggapi ramalan, walau kelihatannya benar. Ada banyak peringatan dari Allah Ta’ala dalam Alquran.
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri." (QS. Al An’am: 59)
Dalam ayat lainnya disebutkan, "Katakanlah: 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah'." (QS. An Naml: 65)
Al Munawi berkata, “Jika meyakini bahwa tukang ramal mengetahui perkara ghaib (dengan sendirinya), maka ia kafir. Jika keyakinannya bahwa jin yang menyampaikan berita padanya dari berita malaikat dan ilham yang diperoleh seperti itu, lantas dibenarkan, ini tidak sampai kafir.”
Salah satu risiko mendatangi dan mempercayai tukang ramal adalah tidak diterimanya salat seseorang selama empat puluh hari.
Hal itu disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka salatnya selama 40 hari tidak diterima." (HR. Muslim no. 2230)
Imam Nawawi menjelaskan, salat yang dikerjakan, tetap dianggap mengugurkan kewajibannya, namun tidak mendapatkan pahala. (Syarh Sahih Muslim 14: 227)
Dalam hadis lain disebutkan, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532)
Sumber Informasi
Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al Jin: 8-9).
Dahulu, setan biasa naik ke tempat di langit lalu ingin mencuri berita langit. Para setan ingin mencuri berita sebelum kejadian itu terjadi. Ketika Rasul kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam– diutus bertambahlah penjagaan di langit.
Lantas bagaimanakah setan mencuri berita dari langit?
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika Allah menetapkan suatu urusan di langit, malaikat lantas meletakkan sayapnya dalam rangka tunduk pada perintah Allah. Firman Allah yang mereka dengarkan itu seolah-olah seperti suara gemerincing rantai di atas batu. Hal ini memekakkan mereka. Apabila rasa takut telah dihilangkan dari hati mereka, mereka mengucapkan, “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Perkataan yang benar. Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
“Setan-setan penyadap berita itu pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukkan. Sufyan menggambarkannya dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya. Jika setan yang di atas mendengar berita itu, maka segera disampaikan kepada setan yang berada di bawahnya. Kemudian yang lain juga menyampaikan kepada setan yang berada di bawahnya hingga sampai kepada tukang sihir dan dukun.”
“Terkadang setan penyadap berita itu terkena api sebelum sempat menyampaikan berita itu. Terkadang pula setan itu bisa menyampaikan berita itu sebelum terkena api. Lalu dengan berita yang didengarnya itulah tukang sihir atau dukun membuat 100 kedustaan. Orang-orang yang mendatangi tukang sihir atau dukun pun mengatakan, “Bukankah pada hari ini dan itu, dia telah mengabarkan kepada kita bahwa akan terjadi demikian dan demikian?” Akibatnya, tukang sihir dan dukun itu pun dipercaya karena satu kalimat yang telah didengarnya dari langit. (HR. Bukhari no. 4800).
Ada juga cara mudah yang setan tempuh untuk mencuri berita langit sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Aisyah berikut ini, “Para malaikat saling berbicara di atas awan dan awan-awan yang gelap tentang berbagai urusan yang akan terjadi di bumi lalu didengar oleh setan-setan kemudian setan-setan itu membisikkannya pada telinga para dukun sebagaimana botol ditiup lalu setan-setan itu menambah urusan yang didengarnya itu dengan 100 kedustaan.” (HR. Bukhari no. 3288)