RAKYATKU.COM - Karyawan Huawei di Amerika Serikat telah menjadi korban dalam perang Donald Trump melawan perusahaan China.
Pada hari Selasa, Huawei mengumumkan akan memberhentikan lebih dari 600 pekerja di AS.
PHK akan berlangsung di Futurewei, yang merupakan anak perusahaan riset dan pengembangan Huawei yang berbasis di AS.
Perusahaan menyalahkan PHK ini pada "pembatasan operasi bisnis" di AS.
"Keputusan seperti ini tidak mudah dibuat," kata Hauwei dalam sebuah pernyataan. "Futurewei akan terus beroperasi dengan kepatuhan ketat pada hukum dan peraturan lokal AS."
Huawei sebelumnya telah memperingatkan bahwa tekanan yang diberikan kepadanya akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan AS.
"Mengingat kerentanan Amerika Serikat di dunia maya, saya pikir pemerintah membungkuk ke belakang untuk membuat Amerika aman, tapi mereka terlalu jauh," kata Andy Purdy, kepala petugas keamanan Huawei dan mantan kepala nasional Departemen Keamanan Dalam Negeri AS divisi cybersecurity, kepada CNN pekan lalu.
"Jika kami dipaksa untuk menempuh jalan kami, kami akan baik-baik saja. Tetapi dalam jangka panjang, saya tidak tahu apakah Huawei akan kembali [ke Amerika] dan saya pikir Amerika akan terluka," katanya.
Pada pertengahan Mei, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan peralatan telekomunikasi dari perusahaan yang dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.
Tindakan itu secara langsung menargetkan Huawei, pemimpin dalam teknologi 5G.
Sejak saat itu AS mengatakan akan meringankan pembatasan larangan, tetapi rinciannya masih belum jelas.
Menurut laporan Wall Street Journal, larangan itu telah membatasi karyawan Futurewei untuk berkomunikasi dengan rekan kerja mereka di markas Hauwei di China.
Futurewei memiliki kantor di Dallas, Silicon Valley dan sejumlah kecil kota-kota Amerika lainnya.
Huawei tidak memiliki kehadiran besar di Amerika Serikat, tetapi Futurewei merupakan satu-satunya penyedia peralatan jaringan untuk banyak penyedia internet pedesaan Amerika.