Senin, 24 Juni 2019 21:58
Kandidat wali kota Makassar, Sukriansyah S Latief (kanan) berbincang dengan Direktur Rakyatku.com, Subhan Yusuf, Senin (24/6/2019). (FOTO: MUH TAUFIK/RAKYATKU.COM)
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Masih banyak yang penasaran dengan sosok Sukriansyah Sultan Latief alias Uki. Kandidat wali kota Makassar ini tiba-tiba viral dan unggul di beberapa polling online.

 

Staf khusus Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman ini tiba-tiba jadi pembicaraan. Saat kandidat lain masih ragu-ragu, pikir-pikir, Uki malah sudah bekerja keras memperkenalkan diri. Membangun elektabilitas dari nol.

"Saya maju dengan bermodal niat untuk memperbaiki Makassar," kata Uki saat berkunjung ke kantor Rakyatku.com di Jalan Pelita Raya, Makassar, Senin sore (24/6/2019).

Dia sudah menemui banyak tokoh. Termasuk mantan calon wali kota Makassar. Mengambil banyak pelajaran. Hasilnya, seorang mantan kontestan memberi tahu bahwa bila ingin bertarung di Pilwalkot Makassar, siapkan Rp60-70 miliar. 

 

"Terus terang, saya tidak punya uang sebanyak itu, tetapi saya punya niat membereskan sejumlah masalah yang tak kunjung selesai di Makassar," lanjut Uki yang juga ketua umum Sahabat Rakyat Indonesia, salah satu relawan Jokowi.

Bila terpilih menjadi wali kota, Uki mengaku langsung membereskan internal terlebih dahulu. Pertama, dia menjamin istri, anak, menantu, dan keluarga dekatnya tidak main proyek. Tidak boleh terlibat dalam pemerintahannya.

Lalu, dia juga akan membebaskan ASN Pemkot Makassar dari mental proyek. Pegawai dididik untuk memberi pelayanan yang ramah. Tak ada lagi sogokan, uang terima kasih, dan istilah lainnya dalam pengurusan dokumen kependudukan.

Semua itu diawali Uki lewat caranya memperlakukan relawan dan tim pemenangan. Para relawan benar-benar bekerja keras dengan sukarela. Tidak boleh ada yang setengah-setengah.

"Kalau hanya setengah-setengah, berhenti saja. Percuma, hanya jadi beban," tegas Uki.

Kini, banyak orang yang tergerak untuk membantu. Mereka mendesain dan mencetak sendiri alat peraga sosialisasi, berupa poster, stiker, dan sejenisnya. Relawan membiayai sendiri. Tidak minta uang kepada kandidat.

Walau begitu, ternyata banyak yang kepincut. Walau elektabilitas Uki belum bisa dihitung, sudah ada beberapa figur yang mencoba merapat. Tertarik jadi pendamping, calon wakil wali kota.

Uki menyebut beberapa nama, tetapi menolak dipublikasikan. "Off the record," katanya.

Uki pernah tercatat sebagai doktor pertama yang menjadi pemimpin redaksi surat kabar di Indonesia. Itu terjadi saat menjadi pemimpin redaksi di Harian FAJAR Makassar. Tak ada koran lain di Indonesia yang pemrednya bergelar doktor.

Soal jalur menuju Pilwakot Makassar, dia menempuh dua jalan. Sambil berusaha meyakinkan parpol, Uki menyiapkan diri maju melalui jalur independen atau perseorangan. Pengumpulan sekitar 70 ribu KTP sedang dilakukan.

Saat ini, doktor ilmu hukum dari Universitas Hasanuddin ini tidak mau pusing dengan parpol. Kuncinya sudah dipegang. Parpol dipastikan akan mengusung kandidat yang elektabilitasnya tinggi. Kandidat yang berpeluang menang.

Makanya, bila ingin dilirik parpol, bekerja lah meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Itu yang dilakukan sekarang. Itu juga salah satu strategi agar tak perlu mengeluarkan mahar tinggi untuk mendapatkan dukungan parpol.

"Hasil diskusi saya dengan beberapa ketua parpol, katanya tidak mungkin parpol akan mengusung kandidat yang tidak punya peluang menang. Kecuali yang memang hanya cari uang," jelas Uki.

Bila berjalan lancar, Uki bisa mengikuti jejak Danny Pomanto-Syamsu Rizal di Pilwakot Makassar 2013. Pasangan ini maju dengan modal elektabilitas tak sampai 10 persen.

Kerja keras, dukungan sejumlah tokoh seperti Wali Kota Makassar saat itu Ilham Arief Sirajuddin, dan modal finansial yang kuat, membuat Danny-Ical akhirnya menyalip kandidat yang sebelumnya jauh lebih diunggulkan.

TAG

BERITA TERKAIT