RAKYATKU.COM - Semangat kader Wahdah Islamiyah untuk terlibat dalam perjuangan dakwah cukup tinggi. Buktinya, hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengumpulkan dana hingga Rp175,5 juta.
Dana itu terkumpul dalam tablig akbar bertema, "Hakikat Kemenangan dalam Islam", di Masjid Anas bin Malik kampus STIBA Makassar, Minggu (23/6/2019). Tablig akbar menghadirkan Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Dr (HC) Muhammad Zaitun Rasmin, Lc MA.
"Total dana yang terkumpul Rp175.518.300, termasuk dari kotak infak," ungkap Zaenal Lamu, pengurus LAZIS Wahdah.
Anggota DPRD Makassar asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Iqbal Abdul Djalil yang ikut hadir dalam acara itu turut menyumbang Rp10 juta. Awalnya, Ije --sapaan Iqbal-- menyumbang Rp5 juta di awal penggalangan dana. Sama dengan Ustaz Zaitun. Ije kemudian menutup penggalangan dana itu dengan Rp5 juta lagi.
Penggalangan dana dilakukan pada bagian akhir ceramah yang disampaikan Ustaz Zaitun. Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara itu sempat memaparkan lima poin yang harus dilakukan untuk mendapatkan kemenangan hakiki dan lahiriah.
Salah satunya, dukungan harta atau dana. Ustaz Zaitun mengatakan, perjuangan dakwah masih sangat kekurangan dana. Padahal, dibutuhkan banyak biaya untuk mendidik umat menjadi umat terbaik.
Ustaz Zaitun secara khusus mengajak orang-orang kaya untuk memberikan dukungan maksimal terhadap dakwah ini. Terutama yang sudah pernah umrah dan berhaji.
Menurutnya, dalam kondisi sekarang, lebih baik dana untuk umrah dan haji itu digunakan untuk dakwah.
Dana yang terkumpul dalam tablig akbar itu rencananya digunakan untuk membiayai pengiriman dai dan daiah ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Tablig akbar itu memang dirangkaikan pengiriman alumni tadribud du'at dan tadribud da'iyah serta muhaffizin yang berjumlah 59 orang. Mereka dikirim ke Sumatera hingga Papua Barat. Dua tahun pada dai dan daiah berdakwah di wilayah tugas.
Ketua DPP Wahdah Islamiyah, Dr Rahmat Abdurrahman Lc MA mengungkap perjuangan keras pada dai dan daiah di wilayah tugas.
"Kalian semua (peserta tablik akbar) bisa makan apa saja. Kalian bisa memilah-milah tempat kajian untuk dihadiri. Kalian bebas ke sana sini. Saudara kalian yang dikirim ke seluruh pelosok terkadang mereka sulit dalam pemenuhan kebutuhan," katanya.
Pada dai yang dikirim memiliki banyak tantangan. Di daerah minoritas, terkadang mereka harus memakai masker agar jenggotnya tidak kelihatan karena menghindari sikap ekstrem dari penduduk sekitar yang benci dengan simbol-simbol Islam.
Lalu, ketika azan, suaranya tidak boleh sampai keluar dan masih banyak lagi tantangan dakwah yang mereka hadapi. Tak hanya itu, nyawa pun bisa melayang sebagai risiko dai yang diutus ke medan dakwah yang ekstrem.
"Kalian di sini disibukkan hanya mengurus perbedaan yang sudah jelas telah dibahas di kalangan para ulama. Sibuk menanggapi tahdzir, celah-mencelah sesama ahlussunnah. Mereka di sana disibukkan mengajak orang untuk bersyahadat, mengajak orang untuk salat, mengajar orang mengucapkan alif, ba, ta, tsa dan seterusnya," lanjut Ustaz Rahmat.