RAKYATKU.COM - Habil Marati ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap di rumahnya di Jakarta Selatan pada Rabu (29/5/2019). Polisi menangkap politikus PPP ini terkait rencana pembunuhan terhadap 4 tokoh nasional. Habil Marati berperan sebagai pemberi uang kepada Kivlan Zen yang kemudian diteruskan kepada para eksekutor. Uang yang diberikan Habil Marati ke Kivlan Zen digunakan untuk pembelian senjata api.
Kasubdit I Dirtipidum Bareskrim Polri Kombes Daddy Hartadi mengungkapkan, uang yang diserahkan Habil Marati ke Kivlan sebesar SGD 15 ribu atau senilai Rp 150 juta adalah dana operasional. Kombes Daddy mengatakan Kivlan Zen lalu mencari eksekutor dan memberi target 4 tokoh nasional.
"HM juga memberikan uang Rp 60 juta kepada tersangka HK alias I (Iwan) untuk biaya operasional dan pembelian senpi," jelasnya dikutip dari detikcom.
Lalu siapa Habil Marati?
Masih dari sumber yang sama, Habil Marati lahir di Raha, Sulawesi Tenggara, pada 7 November 1962. Dia merupakan lulusan Sarjana Syariah IAIN Sumut tahun 1982 dan Magister Manajemen Universitas Sumut 2003. Setidaknya, dia pernah beberapa kali menempati posisi jabatan direktur di sejumlah perusahaan, yakni Dirut PT Batavindo Kridanusa (1994), Dirut PT Galaxy Pasific Evalindo (1997), Dirut PT Makassar Perrosal Global (1997), Dirut PT Satomer Asri Fiberindo (1997), Dirut PT Industry Kakao Utama (2000), dan Dirut PT Agra Post Lava (2000).
Tak hanya di aktif menjadi direktur di beberapa perusahaan, Habil Marati juga aktif di beberapa organisasi. Di pernah menjadi Ketua DPW Parmusi Sumut dan Penasihat PSSI Sumut (2002-2005). Lantas, dia terjun ke politik dan menjadi Ketua DPP PPP. Pada 1997-1999, dia menjadi anggota MPR. Lantas, dia juga sempat jadi anggota Komisi XI DPR Habil Marati dari fraksi PPP.
Selanjutnya, Habil Marati dikenal sebagai politikus PPP yang mendukung Prabowo saat PPP pecah kongsi. Pada 2017, dia pernah membela Anies Baswedan ketika menyampaikan pidato kemenangannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak kalangan menilai pidato Anies sarat akan nuansa rasisme karena memakai istilah pribumi. Namun Marati menilai pidato Anies itu justru membela kaum pribumi.