Selasa, 30 April 2019 09:07
FOTO: Vitaly Nevar/Reuters
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pembicaraan telepon membahas proposal untuk membentuk kelompok kerja bersama mengenai rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

 

"Presiden kami yang terhormat mengemukakan usulan untuk membentuk kelompok kerja mengenai pengadaan sistem pertahanan S-400 dari Federasi Rusia," kata sebuah pernyataan dari kepresidenan Turki, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (30/4/2019).

Gedung Putih mengkonfirmasi Trump dan Erdogan membahas rencana pembelian S-400 yang kontroversial oleh Turki.

Kedua negara telah berdebat selama berbulan-bulan tentang perintah Turki untuk sistem pertahanan rudal, yang Amerika Serikat katakan tidak sesuai dengan jaringan pertahanan NATO dan dapat membahayakan jet tempur F-35.

 

Erdogan telah berulang kali mengatakan Turki tidak akan mundur dari kesepakatan dengan Rusia, meskipun tekanan dari Washington meningkat, termasuk ancaman sanksi terhadap Turki. 

"Tidak ada yang bisa menuntut agar kami menyerah," kata Erdogan bulan ini di Moskow bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. "Ini adalah hak kedaulatan kita."

Putin mengatakan pengiriman S-400 ke Turki adalah prioritas nasional.

Ditanya apakah Trump mengangkat dengan Erdogan kekhawatiran AS tentang Turki membeli sistem S-400, seorang pejabat senior administrasi mengatakan: "Kami telah jelas dan konsisten dalam menekankan kekhawatiran kami pada akuisisi S-400 dengan perwakilan pemerintah Turki pada banyak kesempatan dan di level tertinggi. "

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dan beberapa senator AS telah memperingatkan Turki bahwa mereka akan menghadapi hukuman karena membeli S-400 di bawah undang-undang yang menyerukan sanksi terhadap negara-negara yang membeli peralatan militer dari Rusia.

Turki telah mengatakan sebagai anggota NATO bahwa itu tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat dan sanksi itu seharusnya tidak berlaku.

Trump dan Erdogan juga membahas perdagangan dan krisis yang sedang berlangsung di Suriah, kata Gedung Putih.

TAG

BERITA TERKAIT