Minggu, 28 April 2019 12:03
Mahfud MD
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Mahfud MD kembali menuai kontroversi. Dia menyebut Prabowo-Sandi menang di wilayah garis keras.

 

Protes pun datang Said Didu, dewan pakar BPN Prabowo-Sandi. Mantan sekretaris Kementerian BUMN itu dikenal bersahabat dengan Mahfud MD.

"Mohon maaf Prof @mohmahfudmd, saya berasal dari Sulsel, mohon jelaskan indikator yang Prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang-orang garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami," cuit Said Didu.

"Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI untuk menjaga kehormatan. Inikah yang dianggap keras?" lanjutnya.

 

Sebelumnya Mahmud yang juga pakar hukum tata negara, sebelumnya menyebutkan bahwa Prabowo Subianto menang di provinsi yang dulunya diidentifikasi sebagai provinsi garis keras. 

Mahfud MD mengatakan, garis keras yang dimaksudnya adalah dalam hal agama. Hal itu disampaikan Mahfud MD saat menjadi narasumber di MetroTV yang diunggah di akun Youtube, Selasa (23/4/2019).

"Kemaren itu sudah agak panas gitu, dan mungkin pembelahannya sekarang kalau melihat sebaran kemenangan, itu memang ya mengingatkan kita untuk menjadi lebih sadar segera rekonsiliasi," kata Mahfud.

"Karena sekarang ini kemenangan Pak Jokowi ya menang, dan mungkin sulit dibalik kemenangan itu dengan cara apapun, tetapi kalau lihat sebarannya kan di beberapa provinsi-provinsi yang agak panas Pak Jokowi kalah gitu ya," lanjut mantan menteri pertahanan era Presiden Gus Dur itu.

"Dan itu diidentifikasi tempat-tempat kemenangan pak Prabowo itu diidentifikasi dulunya dianggap sebagai provinsi garis keras ya dalam hal agama. Misalnya Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan juga," tambah dia.

Pernyataan itu yang menuai respons luas. Terutama dari kalangan pendukung Prabowo-Sandi. Mahfud justru dianggap mengkotak-kotakkan masyarakat dengan istilah tersebut.

"Omongan Mahfud MD semakin bodoh tak bermutu dan sudah keluar jalur dan sangat ngawur," protes Fadli Zon, wakil ketua umum Partai Gerindra.

Akhirnya Mahfud MD angkat bicara. Dia menjelaskan bahwa garis keras itu sama dengan fanatik. Sama dengan kesetiaan yang tinggi. 

"Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik. Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram. Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun. Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau," katanya.

"Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras di Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," lanjutnya.


 

TAG

BERITA TERKAIT