Sabtu, 27 April 2019 06:15
Satriani Rara semasa hidup. (Foto: IST)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Ungkapan bela sungkawa atas meninggalnya gadis Cantik bernama Satriani Rara (16 tahun) karena tertimpa pagar besi di tempat kerjanya, Kompleks IDI Pettarani, terus membanjiri halaman media Sosial.  

 

Salah satunya datang dari guru wali kelas Rara melalui akun Facebook "J-Calvin". Ia menuliskan ungkapan duka citanya pada Rabu (25/4/2019). Berikut tulisannya:

RARA & BUNGA KELOPAK MERAH

Hari ini, siswa kami tidak belajar. Bukan karena gerimis-siang yang turun di sela terik... Kami sedang berduka...

 

Belum tengah-hari-tadi, saya masih runyam di depan laptop, siaga mengawal Ujian Nasional Berbasis Komputer utk tingkat SMP. 

Saya pikir ini hari bahagia, karena hari ujian terakhir dari sekian bulan kami bersenggama dengan Lab.Komputer... Ternyata tidak... Bahagia belum tiba.

Info duka menyelinap cepat di antara hati yg rusuh karena website-ujian sedang bebal. Tugas bertambah. Sy mesti meredam kacau di grup whatsApp kelas X MIA, murid perwalian di tingkat SMA. Mereka ditempa getir, sedih bercampur bingung, tidak menyangka teman kelasnya tiba-tiba menghadap Ilahi.

Murid kami yang baik, Satriany Rara, tepat berulang tahun hari ini, tapi ini ulang tahun terakhirnya... Itu yg buat sy semakin paham mengapa X-MIA & sahabat Rara yg lain sedemikian hebat dihujam tikaman elegi.

Saya langsung teringat tiga hari yg lalu, Rara & teman kelompoknya mengumpul karya kerajinan tangan: "BUNGA KELOPAK MERAH".

Ternyata, Si Kelopak Merah itu menyirat persembahan-makna utk teman, sahabat & semua yg ditinggal; agar tetap mekar & semangat di tiap duka yg melanda; Duka adalah sedih yg dalam, tapi tidak untuk melemahkan kemuliaan yg Tuhan rencanakan.

Satriany Rara, pelajar rantau dari desa pelosok Kabupaten Mamasa, kampung tanpa signal seluler yang melimpah, apalagi jaringan internet. Jauh ia turun gunung meraup pendidikan di sekolah kami, SMA Kristen Kondosapata Makassar.

Dia salah satu simbol siswa tangguh sekolah kami, anak muda pejuang, bukan milenial-manja. 

Rara tdk hanya berjuang menuntu ilmu. Ia juga berjuang, membanting tulang, bekerja demi kelancaran proses meraih cita utk hidupnya.

Malang, hidupnya mesti berakhir di tengah medan juang. Pemilik Semesta memanggil Rara kembali, setelah pagar besi di tempat kerjanya menimpa tubuh dan senyumnya. Mungkin menghantam keras bagian kepala. Saya terperangah pilu, melihat jalur jahitan medis di keningnya. Jasadnya tersenyum... dalam diam.

Untuk Satriani Rara, anak-wali saya yg baik, murid kami yang tangguh... pulanglah dalam damai. Biar hari ini kami belajar memetik hikmah dari "Mekar dan Merah" ... Doa kami menyertaimu.

Rara mengembuskan napas terakhirnya tetap pada hari ulang tahunnya. Ia lahir pada 25 April 2003 dan meninggal dunia pada 25 April 2019. Rara duduk di bangku kelas XI salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Makassar.

TAG

BERITA TERKAIT