Minggu, 21 April 2019 00:30
Editor : Eka Nugraha

RAKYATKU.COM -- Politik identitas rupanya tidak begitu mendongkrak suara di pemilu 2019. Sejumlah pengamat menyebut politik identitas hanya berhasil mendongkrak suara di Pilpres, tetapi tidak legislatif. 

 

Peneliti dari SMRC, Djayadi Hanan seperti yang dilansir BBC Indonesia mengatakan, walaupun suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengalami kenaikan, tetapi diperkirakan berasal dari pindahan sesama partai islam.

Sentimen politik identitas Islam yang digaungkan belakangan ini, menurutnya, hanya terlihat dampaknya pada pada momen pemillihan presiden dan bukan pemilu legislatif.

"Kalau isu-isu identitas lebih pada kubu kedua capres," kata Djayadi 

 

Sebagai bukti, paparnya, perolehan total lima partai Islam (PKB, PKS, PAN, PPP, dan PBB) dalam pemilu legislatif, angkanya tak berubah dari kisaran angka 30% - sebagaimana perolehan di Pemilu 2014.

"Tidak ada peningkatan pemilih dari partai Islam, dengan kata lain migrasi kenaikan atau penurunan dari suara partai-partai Islam itu, kemungkinan terbesar adalah bermigrasi dari partai-partai itu," tambahnya.

Suara PPP pada pemilu 2019 versi quick count tergerus hingga tinggal 4% lebih, padahal pada Pemilu 2014, PPP meraup 6,63%. Mengapa?
Anggapan serupa juga diutarakan pengamat politik Islam dan peneliti SMRC, Saidiman Ahmad, yang mengatakan partai Islam juga tidak akan membesar lagi.

"Di Indonesia semakin ke sana publik kita akan semakin nasional, akan makin muncul warga yang makin kritis," katanya. Artinya, dalam memilih partai, mereka lebih melihat program dan rekam jejak ketimbang identitas agama.

TAG

BERITA TERKAIT