Jumat, 19 April 2019 23:27
Sandiaga Uno saat blusukan ke salah satu pasar tradisional di Kota Makassar beberapa waktu lalu.
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Setiap orang pasti pernah mengalami cegukan. Pada umumnya, cegukan tidak berlangsung lama. Namun, kemarin Rabu (17/4) Sandiaga Uno – salah satu kandidat calon wakil presiden dalam Pemilu Pilpres lalu – dikabarkan mengalami cegukan. Satu alasan mengapa kondisi yang dialami Sandiaga banyak dibicarakan adalah ia mengalami cegukan terus menerus selama beberapa waktu.

 

Ternyata, cegukan terus-menerus dapat terjadi karena beberapa kondisi,mulai dari yang ringan hingga berat. Jika Anda mengalami cegukan sesaat, tidak perlu khawatir karena cegukan bisa hilang dengan sendirinya. Namun jika Anda mengalami cegukan terus-menerus, Anda tentu perlu pemeriksaan dokter.

Cegukan, apa penyebabnya?
Cegukan (singultus) adalah timbulnya kontraksi otot diafragmatik (sekat antara rongga dada dan perut) dan interkostal (antar tulang rusuk) secara tiba-tiba. Kondisi ini biasanya diikuti oleh penutupan laring pada tenggorokan. Saat kontraksi terjadi, pita suara juga ikut menutup sehingga tercipta suara ‘hik’.

Cegukan biasanya merupakan gangguan yang akan berakhir dengan sendirinya tanpa harus diobati. Namun, ketika cegukan berlangsung lebih dari 48 jam, hal itu dianggap persisten (terus-menerus). Beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya cegukan dalam waktu lama, yaitu:

 

Kelainan pada pembuluh darah otak
Iskemia (kematian jaringan) otak atau stroke tidak jarang ditemukan pada pasien dengan cegukan berkepanjangan. Selain itu, cegukan berkepanjangan juga dapat terjadi pada pasien dengan lupus eritematosus sistemik (SLE). Ini adalah penyakit yang menyerang sistem imunitas tubuh.

Pada lansia yang mengalami cegukan berkepanjangan, Anda harus mempertimbangkan kemungkinan iskemia otak atau stroke. Hal ini untuk menghindari keterlambatan penanganan.

Kerusakan pada otak
Tumor otak diklaim dapat memicu cegukan terus-menerus, termasuk astrositoma (kanker otak), cavernoma (kelainan sistem saraf pusat), dan tumor batang otak. Oleh karena itu, cegukan biasanya menghilang setelah operasi lesi batang otak. Pembengkakan pembuluh arteri cerebellar (yang terdapat pada otak kecil) dan cedera otak juga dapat menyebabkan cegukan.

Selain itu, neuromyelitis optica juga dapat menyebabkan cegukan berkepanjangan. Neuromyelitis opticamerupakan penyakit peradangan yang melibatkan saraf optik dan sumsum tulang belakang.

Penyakit lambung dan pencernaan
Penyakit asam lambung (Gastroesophageal Reflux Disease – GERD) umumnya terkait dengan berserdawa. Terlepas dari gejala utama GERD, seperti naiknya asam lambung, nyeri ulu ati, kesulitan menelan, dan suara serak, cegukan tidak jarang ditemukan pada penderita GERD. Beberapa kasus menunjukkan, 7,9 persen pria dan 10 persen wanita pasien GERD mengalami cegukan terus-menerus.

Selain itu, infeksi Helicobacter pylori pada lambung diindikasikan juga sebagai penyebab cegukan. Proses terjadinya cegukan dianggap terkait dengan peningkatan produksi asam setelah infeksi H. pylori yang mungkin merangsang kerongkongan.

Pasca prosedur pembedahan
Cegukan berkepanjangan pasca pembedahan atau anestesi dilaporkan terjadi pada pasien usai operasi Whipple (infeksi saluran pencernaan) dan pengangkatan usus besar. Di sisi lain, penggunaan obat anestesi pada operasi juga dapat menyebabkan cegukan pada pasien.

Bahkan anestesi epidural (proses anestesi pada susunan saraf pusat ditulang belakang) telah terbukti menyebabkan salah satu efek samping, yaitu cegukan berkepanjangan.

Gangguan saraf perifer
Pada pasien dengan kondisi peradangan atau infeksi kelenjar getah bening di sekitar rongga dada biasanya juga akan mengalami cegukan berkelanjutan. Ini terjadi karena penjalaran yang mengenai saraf perifer. Masuknya tumor pada diafragma juga dianggap sebagai penyebab cegukan keras. Hal ini dinilai melibatkan dari penjalaran invasif pada saraf perifer.

Keganasan atau kanker
Cegukan serius tidak jarang terjadi pada pasien kanker, terutama jika keganasan menyerang otak ataupun persarafan. Di antara beberapa pasien kanker, cegukan juga disebabkan oleh kemoterapi. 

Sebuah analisis menunjukkan bahwa cegukan terjadi pada 0,39 persen pasien yang sedang menjalani kemoterapi. Cisplatin (obat anti-kanker pada kemoterapi) sering menjadi agen penyebab cegukan. Secara klinis, cegukan yang terjadi pada pasien yang menerima berbagai dosis cisplatin di Jepang berkisar antara 6,1-10persen.

Konsumsi obat-obatan tertentu
Pasien Parkinson mengalami risiko cegukan yang lebih tinggi yang disebabkan sebuah terapi pengganti. Penggantian terapi dengan menggunakan obat golongan Agonis Dopamin pada pasien Parkinson dianggap merangsang munculnya cegukan. Beberapa obat psikiatri atau kejiwaan juga dapat menyebabkan cegukan, seperti Aripiprazole dan golongan sejenisnya.

Ketika mengalami cegukan yang terus-menerus, seperti yang dialami Sandiaga Uno, hendaknya Anda tidak perlu panik. Cukup kenali penyebab dan faktor lain yang turut menjadi faktor pencetus. Jika cegukan terasa mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran terapi yang tepat.

TAG

BERITA TERKAIT