Jumat, 19 April 2019 14:26
Sandiaga Uno. (Foto: Detik.com)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Pada beberapa kesempatan usai pencoblosan Pemilu 2019, calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno tidak tampak mendampingi pasangannya, Prabowo Subianto. Sandi dikabarkan sakit dan mesti beristirahat.

 

Sandi baru menampakkan diri saat Prabowo mendeklarasikan kemenangan untuk ketiga kalinya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2019). Itupun tidak lama, hanya sekitar 15 menit.

Psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel, menganggap wajar Sandi kelelahan hingga jatuh sakit. Sandi yang berkampanye maraton di ribuan lokasi kemungkinan mengorbankan keteraturan tidur, pola makan, dan kebiasaan-kebiasaan positif lainnya.

"Tubuh pun akhirnya tidak lagi mau diajak berkompromi. Enough is enough. Jatuh sakitlah si empunya badan," kata Reza dikutip Detik.com, Jumat (19/4/2019).

 

Reza lalu membandingkan dengan kondisi Hillary Clinton yang juga terkapar dan harus bed rest pada masa Pilpres Amerika Serikat 2016 silam. 

Bahkan saat itu rivalnya, Donald Trump, memanfaatkan situasi dengan mempertanyakan kelayakan Hillary menduduki kursi presiden.

Dinamika politik juga berdampak pada kesehatan jiwa. Reza mencontohkan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill yang oleh dokter pribadinya disebut mengalami depresi serius. 
Churchill kala itu mengatasi depresi dengan alkohol dan cerutu. Ia juga mengalami serangan jantung, pneumonia, dan stroke berulang.

Yang menarik, Reza melihat ada perbedaan terkait gejala sakit pada politikus bila dibandingkan dengan koruptor. Para koruptor doyan melakukan malingering atau pura-pura sakit, namun pada kesempatan lain mereka dengan percaya dirinya dan tebal muka melempar senyum kepada khalayak.

Sementara penguasa atau calon penguasa melakukan sebaliknya yakni dissimulation atau pura-pura sehat. "Sah sudah; sehat atau pun pura-pura sehat dan sakit atau pun pura-pura sakit bukan hanya masalah medis, tapi juga urusan kehumasan," simpul Reza.

Sebagai contoh, Bung Karno pada 1965 mengalami muntah hingga berulang kali pingsan. Ada yang menyebut cuma masuk angin, tetapi versi lain mengatakan kondisi Bung Karno saat itu sangat serius.

"Ajaibnya, pada saat menyampaikan pidato Hari Kemerdekaan tahun itu juga, Bung Karno sudah kembali berkobar-kobar gagah," tulisnya.

TAG

BERITA TERKAIT