Selasa, 19 Maret 2019 10:25
FOTO: Ben Blanchard / Reuters
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Pihak berwenang di China mengaku telah menangkap hampir 13.000 orang yang diduga teroris di wilayah Xinjiang sejak tahun 2014. Pengumuman itu dibuat dalam sebuah laporan kebijakan yang panjang lagi-lagi membela langkah-langkah deradikalisasi Beijing yang kontroversial.

 

Tiongkok menghadapi tantangan internasional yang berkembang untuk mendirikan fasilitas yang oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) digambarkan sebagai pusat penahanan yang menampung lebih dari satu juta warga Uighur dan Muslim lainnya, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (19/3/2019).

Beijing mengatakan, perlu tindakan untuk membendung ancaman militansi dan menyebut penjara itu "pusat pelatihan kejuruan".

Otoritas hukum telah mengadopsi kebijakan yang "menyerang keseimbangan yang tepat antara belas kasih dan keparahan", kata pemerintah dalam buku putihnya.

 

Sejak 2014, Xinjiang telah "menghancurkan 1.588 geng kekerasan dan teroris, menangkap 12.995 teroris, menyita 2.052 alat peledak, menghukum 30.645 orang karena 4.858 kegiatan keagamaan ilegal, dan menyita 345.229 salinan materi agama ilegal," tambahnya.

Hanya sebagian kecil orang yang menghadapi hukuman ketat, seperti pemimpin kelompok bersenjata, sementara mereka yang dipengaruhi oleh "pemikiran ekstremis" menerima pendidikan dan pelatihan untuk mengajarkan mereka kesalahan dalam cara mereka, kata surat kabar itu.

Kelompok pengasingan utama, Kongres Uyghur Dunia, dengan cepat mengecam buku putih itu.

"Tiongkok sengaja mendistorsi kebenaran," kata juru bicara Dilxat Raxit dalam sebuah pernyataan melalui email.

"Kontra-terorisme adalah alasan politis untuk menekan orang-orang Uighur. Tujuan sebenarnya dari apa yang disebut deradikalisasi adalah untuk menghilangkan kepercayaan dan secara menyeluruh melaksanakan Sinifikasi."

TAG

BERITA TERKAIT