Minggu, 10 Maret 2019 15:08
FOTO: Kemenperin RI
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Industri furnitur menjadi salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian nasional. Selain itu, industri padat karya berorientasi ekspor ini mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal.

 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI mencatat, kinerja ekspor industri furnitur dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan tren positif. Pada tahun 2016, nilai ekspornya mencapai 1,60 miliar dolar AS, yang kemudian naik menjadi 1,63 miliar dolar AS di 2017. Lalu nilai ekspor produk furnitur nasional kembali mengalami kenaikan hingga 1,69 miliar dolar AS atau setara Rp24,1 triliun.

“Kami bertekad untuk semakin memacu kinerja ekspor furnitur. Apalagi, dengan potensi bahan baku yang kita miliki,” ujar Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto dikutip dari laman resmi Kemenperin, Minggu (10/3/2019).

Salah satu potensi bahan baku industri ini adalah rotan. Indonesia sudah memasok sekitar 80 persen kebutuhan rotan dunia. Bahan baku ini berasal dari berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.

 

Selain itu, sumber bahan baku kayu di Indonesia juga sangat besar, mengingat potensi hutan yang sangat luas hingga 120,6 juta hektare dengan terdiri dari hutan produksi mncapai 12,8 juta Ha. "Potensi sumber daya alam yang melimpah ini, seyogyanya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian bangsa serta untuk kesejahteraan masyarakat,” jelas dia.

Saat ini, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan. Antara lain program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten. 

“Kami berupaya untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan inovatif yang mampu meningkatkan daya saing industri furnitur di dalam negeri,” tambah Airlangga.

Kreativ dan Inovativ
Airlangga menambahkan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur nasional, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini. “Artinya, industri furnitur harus mampu creating the needs, deliver the needs (menciptakan sekaligus memenuhi kebutuhan). Apalagi, kita kaya dengan budaya,” kata dia.

Airlangga menyambut baik dengan penerapan sistem ganda (70 persen praktik dan 30 persen teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu. “Konsep dual system yang dikembangkan Swiss tersebut, diyakini akan menghasilkan lulusan yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri 4.0,” tuturnya.

Lebih lanjut, menurut Menperin, memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri sebagai salah satu program prioritas Kemenperin dalam pengembangan pendidikan vokasi industri. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin tahun ini lebih fokus untuk gencar melakukan berbagai program dalam membangun kualitas SDM Indonesia.

TAG

BERITA TERKAIT