RAKYATKU.COM, SURIAH - Sekitar 400 pejuang ISIS telah ditangkap, ketika mereka berusaha melarikan diri dari kantong terakhir kelompok teror itu di Suriah timur.
Mereka akhirnya menyerah kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS.
"Ratusan pejuang yang menyerah, meninggalkan daerah itu di Baghouz sebagai bagian dari evakuasi yang juga termasuk warga sipil. Tetapi belum jelas berapa banyak gerilyawan yang menyerahkan diri," kata seorang komandan di SDF kepada Reuters.
ISIS terus kehilangan posisi di Suriah, karena kekhalifahan mereka menyusut dalam ukuran, dan para pengungsi melarikan diri dari penembakan.
Dengan kultus teror dengan cepat kehilangan pijakannya, gelombang masuknya ribuan orang yang melarikan diri telah menciptakan kondisi "mengerikan" di kamp al-Hol di Suriah timur laut, menurut badan-badan bantuan yang bekerja di sana.
Sekitar 15.000 orang telah tiba di kamp itu minggu lalu, ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengepung sisa-sisa terakhir kekuasaan teritorial ISIS di desa Baghouz yang dikepung dekat perbatasan Irak.
Misty Buswell, juru bicara Komite Penyelamatan Internasional (IRC), mengatakan, kondisi pengungsi benar-benar mengerikan di kamp.
"Masalahnya adalah tidak ada yang mengharapkan angka seperti ini sehingga sudah luar biasa dan belum berhenti," ujarnya.
"Orang-orang muncul dengan pakaian di punggung mereka, dan anak-anak bertelanjang kaki tanpa mantel. Menyediakan tempat berlindung di kamp adalah tantangan besar, karena tidak cukup tenda," tambahnya.
PBB mengatakan pekan lalu, mereka sangat prihatin tentang nasib ribuan warga sipil, yang melarikan diri dari wilayah yang dikuasai ISIS terakhir setelah pertempuran sengit.
Badan-badan bantuan mengatakan, mereka berjuang untuk menyediakan perawatan medis dan tempat berlindung bagi para pendatang baru, sementara persediaan air sedang menipis di kamp.
Sekitar 90 persen dari hampir 57.000 orang yang sekarang tinggal di sana, adalah wanita dan anak-anak.
"Beberapa orang harus tidur di luar karena kurangnya tenda," kata Sara Al-Zawqari, juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Hari ini Human Rights Watch melaporkan, pemerintah Irak dan Kurdi mendakwa ratusan anak-anak dengan terorisme karena diduga berafiliasi dengan kekhalifahan.
Dalam sebuah laporan, kelompok yang bermarkas di New York itu memperkirakan, pihak berwenang Irak dan Kurdi menahan sekitar 1.500 anak-anak atas tuduhan afiliasi ISIS dalam penahanan pada akhir 2018. Dikatakan, penuntutan tersebut seringkali didasarkan pada tuduhan yang meragukan dan pengakuan paksa yang diperoleh melalui penyiksaan.