Senin, 04 Maret 2019 12:18
Sani Rizki Fauzi
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Sani Rizki Fauzi menjadi salah satu pahlawan kemenangan Timnas AFF U-22 di Kamboja. Dia mencetak gol penyeimbang 1-1 hanya satu menit usai Thailand membobol gawang Indonesia.

 

Tendangan kerasnya membentur tubuh pemain belakang Thailand di final Piala AFF U-22. Bola itu berbelok masuk ke gawang yang sudah kosong melompong. Kiper Thailand telanjur salah langkah.

Pemain asal Papua, Osvaldo Haay akhirnya menggandakan gol menjadi 2-1 sekaligus mengantar Indonesia menjadi juara Piala AFF U-22.

Selain Osvaldo, Sani Rizki jadi perbincangan belakangan ini. Personel Brimob Polda Metro Jaya berpangkat bripda itu kabarnya akan menerima kenaikan pangkat luar biasa atas jasanya mengibarkan merah putih di Kamboja.

 

"Ini adalah hasil kerja keras, loyalitas dan dedikasi tinggi dari Sani, maka ia berhasil meraih kesuksesan. Kepolisian mengacungkan jempol. Info dari manager, akan diberikan kenaikan pangkat luar biasa," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, Senin (4/3/2019).

Tak banyak yang tahu, Sani ternyata datang dari keluarga yang amat sederhana. Ayahnya Edy Riyadi hanya bekerja serabutan sambil jadi tukang ojek dan tukang bangunan. Sementara ibunya Ida Kusumawati bekerja sebagai office girl (OG) di sebuah bank.

Meski demikian, lulusan terbaik kelima Sekolah Bintara (Seba) Polri tahun 2017 itu tidak malu. Malah bangga.

"Ibu saya office girl di bank dan bapak saya buruh serabutan. Saya tidak gengsi, malah bangga sama semua yang sudah diberikan beliau," tutur Sani.

Edy hingga kini masih mengontrak rumah dan terikat utang Pegadaian. Nah, Sani berencana menggunakan bonus yang diterimanya untuk membelikan rumah orang tuanya di Sukabumi.

Sani juga mengaku tidak risih jadi orang kampung. "Jujur, ya, saya cuma orang kampung. Tapi saya selalu punya tekad kalau bisa ubah nasib. Alhamdulillah berkat dorongan orang tua, keluarga, dan semua saudara saya," kata Sani.

"Saya mengakui, tidak gengsi, dan itu jujur apa adanya. Saya bangga kalau orang kampung bisa seperti sekarang ini. Saya mau memotivasi yang lain supaya jangan pesimis untuk mencapai yang belum dicapai. Tidak ada yang tidak mungkin. kun fayakun," lanjutnya.

Darah sepak bola Sani turun dari sang ibu, yang dulunya pernah lolos seleksi Galanita. Karier ibunya tak berjalan mulus setelah tak dapat restu dari orang tua.

TAG

BERITA TERKAIT