Minggu, 03 Maret 2019 16:59
Daily Mail
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM - Seorang pengantin ISIS lain berbicara kepada media tentang perjalanannya ke Suriah.

 

Fatima, seorang Muslim dari London mengatakan bahwa dia telah menghadapi serangan brutal dari teman-temannya karena agamanya.

Itu membuatnya tidak tahan, sehingga ketika diajak oleh perekrut ISIS ke Suriah dia setuju. Sekarang, dia telah mengungkapkan kisahnya kepada Stylist.

Wanita berusia 30 tahun itu mengatakan bahwa dia bertemu suaminya (yang ternyata adalah perekrut ISIS) secara online. Dan pada tahun 2015 mereka meninggalkan Inggris untuk mendukung "pasukan pembebasan."

 

Fatima mengatakan kepada Stylist bahwa dia dapat melacak kebenciannya terhadap Inggris ketika dia baru berusia 11 tahun dan diserang oleh sekelompok gadis yang merobek jilbabnya.

"Sepanjang waktu, mereka berteriak bahwa saya adalah Pel*cur. Kemudian mereka menolak mengembalikan jilbab saya."

Namun setelah bertahun-tahun dilecehkan di jalan-jalan dan di tempat kerja, Fatima akhirnya kehilangan kepercayaannya setelah seorang temannya yang sedang hamil (juga Muslim) ditendang.

"Geng perempuan ini menyebutnya aborsi yang gagal dan kemudian mengancam akan menendang anaknya yang belum lahir sampai mati di perutnya untuk melenyapkan bayi-bayi Muslim." 

Fatima juga mengatakan bahwa meskipun dia mencoba berpakaian seperti murid lain di sekolahnya, dia tidak bisa diterima.

Fatima bahkan mengatakan bahwa kolega-koleganya di sebuah supermarket "meneriakkan Allahu Akbar kepada saya dengan sinis ketika mereka berjalan melewati, atau bahkan di depan pelanggan."

Fatima juga memberi tahu Stylist tentang kehidupan di Suriah saat dia tinggal bersama suaminya.

Dia mengatakan begitu mereka tiba di sana, mereka diberi buku-buku yang membenarkan pemenjaraan budak seks, pemenggalan dan penggunaan wanita hamil dalam pertempuran. 

Namun, pada tahun 2017 Fatima memiliki kesadaran bahwa solusi untuk kekerasan bukanlah kekerasan, dan dia pun kembali ke Inggris. 

Kisahnya terungkap setelah Shamima Begum meminta untuk kembali ke Inggris setelah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan IS di usia 15 tahun pada 2015.

TAG

BERITA TERKAIT