Kamis, 28 Februari 2019 16:44
(Kiri ke kanan) Mantan direktur Unesco Irina Bokova, Helen Clark dan Susana Malcorra adalah di antara 30 pemimpin dunia perempuan yang memperingatkan bahwa hak-hak perempuan sedang terkikis.
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM - Lebih dari 30 pemimpin dunia wanita menyerukan perlawanan terhadap erosi hak-hak perempuan.

 

Mereka telah meluncurkan kampanye, dan merilis surat terbuka. Itu menyerukan "kebutuhan untuk mencapai kesetaraan gender penuh dan pemberdayaan perempuan di semua ambisi".

Surat itu telah ditandatangani oleh puluhan perempuan terkemuka, termasuk Christiana Figueres, mantan sekretaris eksekutif konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim, presiden Ethiopia Sahle Zewde dan mantan presiden Irlandia Mary Robinson.

Kampanye itu dipelopori oleh Susana Malcorra, mantan menteri luar negeri Argentina.

 

Malcorra mengatakan bahwa tekanan balik terhadap hak-hak perempuan "sangat jelas" di beberapa negara, terutama di negara-negara di mana populisme telah menyebabkan munculnya pemimpin "orang kuat tipe macho". Dia menunjuk Brasil, Filipina, Italia dan beberapa bagian Eropa timur sebagai contoh.

“Kami memiliki perasaan bahwa ada gelombang lain dari dorongan untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan gender dan kebijakan yang susah payah ingin kami capai,” kata Malcorra, yang menjabat sebagai menteri luar negeri dari 2015 hingga 2017.

"Kita harus bersiap untuk menyampaikan kekhawatiran kita, kalau tidak kita akan seperti katak yang dimasukkan ke dalam air dingin yang mulai memanas, dan tiba-tiba Anda mendapati diri Anda dalam air mendidih. Kita harus sangat siap untuk melawan,” katanya.

Malcorra menambahkan bahwa bahkan di negara-negara tanpa pemimpin yang kuat, perempuan harus berjaga-jaga untuk memastikan hak-hak mereka aman.

“Kami khawatir bahwa kami menerima begitu saja apa yang kami miliki. Menurut kami, itu adalah kelemahan terbesar kami.”

TAG

BERITA TERKAIT