Sabtu, 16 Februari 2019 17:11
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Turki, Rusia, dan Iran dapat melakukan operasi militer bersama terhadap gerilyawan di provinsi Idlib, Suriah yang dikuasai pemberontak. Hal tersebut disampaikan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

 

"Operasi bersama dapat diadakan kapan saja sejalan dengan perkembangan. Tidak ada hambatan di depan ini. Tindakan saat ini adalah untuk kenyamanan, kebahagiaan dan kemakmuran masyarakat di Idlib. Yang penting bagi kami adalah keamanan orang Idlib," ujar Erdogan dikutip dari Hurriyet Daily News, Sabtu (16/2/2019).

Dia menambahkan bahwa pasukan Turki dan Rusia akan terus bekerja pada implementasi memorandum Rusia-Turki 17 September tentang situasi di Idlib serta untuk memerangi terorisme di wilayah tersebut.

Pada 14 Februari, presiden Rusia, Turki, dan Iran mengadakan pertemuan trilateral keempat untuk penyelesaian konflik Suriah di kota peristirahatan Sochi di Rusia. Menurut Erdogan, pertemuan difokuskan pada situasi di Idlib.

 

September lalu, penjamin gencatan senjata Suriah Rusia dan Turki sepakat untuk membentuk zona demiliterisasi di zona eskalasi Idlib, di mana sejumlah formasi bersenjata dan kelompok teroris masih aktif.

Zona demiliterisasi diperkirakan telah dibentuk pada 15 Oktober 2018 tetapi meskipun ada kemajuan dalam penarikan senjata berat dan militan dari daerah itu, kelompok-kelompok yang tersisa secara teratur melakukan pelanggaran gencatan senjata, menembaki provinsi terdekat.

Presiden Turki Tayyip Erdogan juga mencatat bahwa Amerika Serikat tidak dapat memenuhi dua syarat dasar Ankara untuk memperoleh sistem rudal darat-ke-udara (SAM) Patriot, dalam memberikan kredit dan produksi bersama. 

"Produksi bersama, pemberian pinjaman dan pengiriman awal adalah kriteria yang kami anggap penting. Meskipun mereka [Amerika Serikat] positif untuk pengiriman awal, mereka tidak bisa berjanji untuk memberikan kredit dan produksi bersama", kata Erdogan kepada wartawan, seperti dikutip oleh outlet media Hurriyet Daily News.

Presiden Turki itu juga menegaskan kembali komitmen negaranya untuk membeli sistem pertahanan udara buatan S-400 Triumph (NATO report name SA-21 Growler).

TAG

BERITA TERKAIT