RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dihelat, sejumlah lembaga survei merilis hasil surveinya. Untuk periode survei September 2018 hingga Januari 2019, ada beberapa lembaga survei yang telah merilis data temuannya.
Mulai dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Indikator, Populi Center, Indonesia Election dan Strategic (indEX) Research, hingga yang terbaru, Celebes Research Center (CRC).
Dari 6 lembaga survei tersebut, semuanya mengunggulkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, dengan persentase yang berbeda-beda.
Direktur lembaga survei dan konsultan politik Nurani Strategic, Nurmal Idrus menjelaskan hasil temuan sejumlah lembaga survei tersebut merupakan gambaran kondisi terkini secara ilmiah. Hanya, tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan utama.
"Kecenderungan survei itu adalah semakin mendekati hari H maka angka undecided voters-nya akan semakin menurun. Sebab, pemilih sudah mulai yakin dengan pilihannya. Untuk sementara kita tentu meyakini semua hasil survei yang muncul karena itu adalah hasil dari sebuah proses ilmiah. Tetapi tentu tak bisa dijadikan sebagai patokan karena angka error-nya yang pasti akan tinggi mengingat luasnya wilayah dan besarnya pemilih di Indonesia," ungkap Nurmal melalui aplikasi pesan kepada Rakyatku.com, Jumat (15/2/2019).
Di mata Nurmal, pengaruh survei untuk Pilpres 2019 sangat berbeda pada Pilpres 2014 silam. Sekarang tipikal pemilih berubah seiring dengan makin meningkatnya pendidikan politik serta melimpahnya referensi dan akses informasi di tengah-tengah masyarakat.
"Menurut saya, pengaruh survei dalam menggiring persepsi pemilih di Pilpres ini amatlah kecil. Dengan pendidikan politik yang makin bagus, maka pemilih sudah disadarkan dengan banyak fakta yang bisa mereka jadikan acuan dalam memberi pilihan. Apalagi, akses informasi makin gampang menembus wilayah pemilih yang memungkinkan pemilih punya banyak referensi lain selain hasil survei," tambah mantan Ketua KPU Kota Makassar ini.
Oleh karena itu, menurut Nurmal, penggiringan opini melalui hasil survei sudah tidak terlalu efektif saat ini. Sangat berbeda jauh pada saat Pilpres sebelumnya.
"Jelas sekali. Pemilih punya banyak referensi karena akses informasi yang mudah didapatkan. Itu sudah terbukti pada beberapa pilkada dimana calon yang unggul secara survei bisa terkalahkan di akhir penghitungan suara. Mengapa? Karena pemilih bisa memilih referensi lain dalam memberikan pilihannya," pungkasnya.