Rabu, 13 Februari 2019 17:32
Jenazah ditandu sejauh 60 kilometer.
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani mengatakan, jenazah yang digotong sejauh 60 km menuju Kecamatan Rampi beberapa hari lalu, betul-betul kejadian yang tidak bisa dihindari. 

 

"Kan memang itu kejadian bukan yang pertama terjadi. Jujur memang aksesnya sangat sulit," ujar Indah saat ditemui di Kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Rabu (13/2/2019).

Indah menceritakan, begitu beratnya medan yang mesti dilalui saat warga menggotong jenazah. Bayangkan saja kata Indah, warga harus melewati jalan berlumpur, sempit dan dikelilingi tanaman liar, serta tebing di beberapa titik. 

"Karena kita ketahui memang, di sana akses jalan setapak. Alhamdulillah kalau sudah sampai di puncak, kendaraan roda empat bisa masuk. Dibutuhkan nyali. Itupun roda empat yang Jimmy," ujar Indah.

 

"Tapi memang ada 3 km di sana kondisinya sulit, karena karakter kondisi jalannya di sana bukit, gunung, bebatuan yang harus ditembus ke Rampi," jelasnya. 

Indah mengakui, Pemkab Luwu Utara sudah memberikan bantuan ambulans kepada keluarga korban. Namun memang kata dia, mobil ambulans itu hanya bisa digunakan hingga di Desa Ba'da. 

"Kemarin kita bayar ambulans sampai di batas Ba'da. Karena tidak bisa lagi roda empat. Pilihannya memang dua. Menggunakan kuda atau ditandu. Dan memang yang memungkinkan itu ditandu," ujarnya.

Salah seorang warga di Kecamatan Rampi, Darto Dasinga mengatakan, jenazah yang digotong pulang, sudah dilakukan sejak lama. 

"Itu sudah sering terjadi, kalau ada masyarakat yang meninggal di Masamba, harus ditandu dengan berjalan kaki menuju Kecamatan Rampi," katanya, Senin (11/2/2019) lalu.

Ia menceritakan, masyarakat secara bergantian akan menandu jenazah hingga tiba di rumah duka.

"Tidak istirahat, jadi kita jalan terus secara bergantian sampai akhirnya tiba di rumah duka," katanya.

Selain itu, dia menjelaskan terkait mengapa masyarakat harus terlebih dahulu menuju Sulawesi Tengah. 

Pasalnya akses terdekat dan termudah untuk berjalan kaki menuju ke sana, hanya bisa dilalui dengan jalur tersebut.

"Paling dekat lewat Sulawesi Tengah, kalau lewat Masamba jalannya menanjak dan jauh, sementara kalau naik pesawat harus bayar Rp50 juta," pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT