Rabu, 13 Februari 2019 16:11
Kolase Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi.
Editor : Mulyadi Abdillah

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Hasil rematch Joko Widodo (Jokowi) vs Prabowo Subianto di Pilpres 2019 sisa menghitung hari. Di Provinsi Sulawesi Selatan, rivalitas dua capres ini berebut suara begitu sengit.

 

Hal itu tercermin dari survei terbaru Celebes Research Center (CRC) yang direkam pada 5-15 Januari 2019. Elektabilitas kedua kontestan hanya terpaut kurang lebih 4 persen. 

Jokowi yang berduet Ma'ruf Amin, unggul dengan elektabilitas 46,0 persen. Sementara Prabowo Subianto yang berpasangan Sandiaga Salahuddin Uno memiliki tingkat elektabilitas sebesar 41,9 persen.

Dengan margin of error sebesar 3 persen dan selisih elektabilitas yang hanya 4 persen itu, semua pasangan masih berpeluang untuk saling menyalip.

 

Berkaca pada hasil Pilpres 2014 silam di Sulsel, hasil survei teranyar yang dirilis CRC menunjukkan tingkat elektabilitas Prabowo-Sandi kini mengimbangi sang petahana. 

Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Hatta Rajasa hanya unggul di satu daerah di Sulsel, yakni di Kabupaten Jeneponto. Itupun dengan skor tipis, 50,23 persen atau hanya selisih 791 suara dari pasangan Jokowi yang berduet dengan tokoh asal Sulsel, Jusuf Kalla (JK).

Hasil survei terbaru CRC menunjukkan elektabilitas Prabowo di Sulsel meningkat pesat. Prabowo disebut CRC sudah unggul di 10 daerah. Masing-masing Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Maros, Pangkep, Barru, Sinjai, Bulukumba, Pinrang, Enrekang, serta Luwu. 

Memang, secara keseluruhan Prabowo masih kalah dari Jokowi yang unggul di 13 daerah versi CRC. Masing-masing di Kota Makassar, Palopo, Parepare, Kabupaten Gowa, Takalar, Selayar, Soppeng, Wajo, Bone, Sidrap, Tana Toraja, Toraja Utara, serta Luwu Utara.

Pakar Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto mengungkapkan, hasil survei CRC yang jadi patokan tersebut setidaknya bisa menjadi gambaran sementara kondisi elektoral kedua kontestan saat ini di Sulsel.

"Setiap hasil survei, kalau pun itu dilakukan secara objektif dengan kaidah-kaidah ilmiah yang logis, adalah potret sementara. Kecenderungan dukungan ketika survei itu dilakukan, bisa saja berubah dalam realitas politiknya," ungkapnya kepada Rakyatku.com melalui aplikasi pesan, Rabu (13/2/2019).

Memang, menurut Luhur, tren elektabilitas penantang jika berhadapan dengan petahana identik dengan stagnan atau justru meningkat.

"Biasanya kadang kita luput memperhatikan tren elektabilitas, apakah ia stagnan, menurun ataukah bergerak meningkat. Biasanya tren elektabilitas petahana itu bertahan stagnan atau menurun, sebaliknya penantang bisa stagnan atau justru meningkat," tambahnya.

Dalam kondisi persaingan seperti ini, kata Luhur, segmen undecided voters atau swing voters-lah yang akan jadi penentu siapa yang akan merajai Sulsel di Pilpres 2019 nanti.

"Angka undecided atau swing voters kan masih tinggi. Sebenarnya kecenderungan dukungan segmen ini, yang umumnya pemilih rasional menentukan kemenangan seorang kandidat," pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT