Minggu, 10 Februari 2019 09:03
Aktivis memprotes perlakuan otoritas China terhadap Muslim Uighur di wilayah Turkestan, provinsi Xinjiang di luar kedutaan besar China di London, Inggris, pada 2 Februari 2019. (Getty Images)
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM - Turki menuntut otoritas China untuk menghormati hak asasi manusia minoritas Muslim Uighur dan menutup "kamp konsentrasi" yang memenjarakan mereka.

 

"Lebih dari 1 juta warga Uighur disiksa dan dicuci otak secara politik di kamp-kamp dan penjara-penjara di China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy dalam sebuah pernyataan di situs web kementerian, Sabtu (08/02/2019).

"Kemunculan kembali kamp konsentrasi di abad ke-21 dan kebijakan asimilasi sistematis Cina terhadap warga Turki Uighur sangat memalukan bagi kemanusiaan," kata Aksoy.

Aksoy menambahkan bahwa Turki menyerukan negara-negara lain dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri "tragedi kemanusiaan" di Xinjiang.

 

Meskipun Turki dan China memiliki hubungan baik, Aksoy juga menyoroti kematian penyair dan musisi Uighur Abdurehim Heyit di sebuah penjara Tiongkok.

Media Turki mengatakan dia disiksa sampai mati di sebuah "kamp pendidikan" di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang China.

Penahanan dan "pendidikan ulang" sebanyak 1 juta minoritas Muslim Uighur di ujung barat China telah dikecam oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan mendorong permintaan sanksi dari anggota parlemen AS.

Pemerintah China berdalih bahwa kamp-kamp tersebut adalah pusat pendidikan sukarela yang membantu membersihkan "penyakit ideologis."

TAG

BERITA TERKAIT