Minggu, 10 Februari 2019 00:03
Editor : Eka Nugraha

RAKYATKU.COM ---  Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 dan tsunami yang menerjang Palu, Sulawesi Tenggara tidak sekadar bencana biasa. Ilmuan menemukan sejumlah peristiwa langka yang membuat mereka tercengang. 

 

Para ilmuan itu adalah NASA's Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, Amerika Serikat. Mereka yang melakukan penelitiannya menyatakan gempa Palu menunjukan peristiwa supershear yang sangat langka.

Hasil studi menemukan getaran gempa menjalar dengan kecepatan yang mengerikan. Patahan gempa dalam bumi bergerak dengan kecepatan 9.171 mile per jam atau 14.760 kilometer per jam dengan gempa utama berlangsung selama hampir satu menit.

Dibandingkan gempa bumi lainnya, kecepatan patahan ini cukup mengerikan. Rata-rata patahan akibat gempa bergerak dengan kecepatan berkisar 9000-10.800 Km/jam.

 

Dalam gempa supershear, patahan yang bergerak sangat cepat menyalip gelombang geser yang lebih lambat yang merambat di depannya sehingga menciptakan gelombang yang lebih besar dan lebih kuat.

"Guncangan hebat (yang dihasilkan) mirip dengan ledakan sonik yang terkait dengan jet supersonik," kata Lingsen Meng, seorang profesor di UCLA, salah satu penulis laporan tersebut seperti yang dilansir jpl.nasa.gov.

Para ilmuwan sepakat jika kecepatan dari patahan akibat gempa Palu sangat mengejutkan. Pada studi gempa supershear sebelumnya, fenomena ini biasanya terjadi pada sesar yang sangat lurus, yang memicu beberapa hambatan untuk gerakan gempa tersebut.

Namun, citra satelit dari patahan Palu menunjukkan setidaknya ada dua lengkungan besar. Patahan ini bergerak dengan kecepatan stabil di sekitar lengkungan tersebut.

Saat menganalisasi gambar satelit, tim juga menemukan kedua sisi sesar sepanjang 150 kilometer tergelincir sampai 5 meter. Ilmuwan menilai luas areal yang bergeser itu sangat besar.

"Memahami bagaimana patahan dalam gempa bumi besar akan membantu meningkatkan model bahaya seismik dan membantu insinyur gempa merancang bangunan dan infrastruktur lainnya untuk lebih tahan terhadap kemungkinan goncangan gempa di masa depan," kata Eric Fielding dari JPL, salah satu penulis dari studi terbaru yang diterbitkan Nature Geoscience dikutip Dream dari jpl.nasa.gov.

Sesar yang patah menimbulkan berbagai jenis gelombang di permukaan salah satunya gelombang geser yang menyebar dengan kecepatan 12.700 km/jam.

Dalam studinya, para peneliti di UCLA dan institusi lain menganalisa pengamatan resolusi tinggi spasial dari gelombang seismik yang disebabkan gempa dahsyat menggunakan radar satelit dan gambar optik.

Para ilmuwan menganalisis data radar bukaan sintetis dari satelit ALOS-2 dari Japan Aerospace Exploration Agency, data gambar optik dari satelit Copernicus Sentinel-2A dan -2B, yang dioperasikan European Space Agency, dan gambar optik dari konstelasi satelit Planet Labs Planet, dikelola oleh Planet Labs di San Francisco.

Serangkaian data tersebut dipakai untuk mengukur kecepatan, waktu, dan tingkat magnitudo gempa 7,5 yang mengguncang Palu pada 2018 lalu.

TAG

BERITA TERKAIT