Minggu, 03 Februari 2019 01:00
Editor : Eka Nugraha

RAKYATKU.COM --- Sebuah batu meteor berbentuk jatuh di Rusia pada 1947 silam. Batu itu akhirnya dilelang untuk umum.

 

Batu meteor ini dilelang di museum Christie's Science and Natural History seharga US$ 500.000 atau setara dengan Rp 7 miliar.

Menurut informasi yang dilansir laman Geek, batu meteor tersebut berasal dari objek asteroid yang jatuh ke orbit Bumi sekitar 320 juta tahun lalu--70 juta tahun sebelum dinosaurus pertama muncul di Bumi.

Meteor ini menghampiri Bumi, tepatnya pada 12 Februari 1947. Ia mulai hancur saat melewati atmosfer dan jatuh di wilayah gunung Sikhote-Alin di Siberia.

 

James Hyslop, astronom Christie's Science and Natural History, mengungkap kalau meteor ini melaju dalam kecepatan 9 mil per detik.

Massa asteroid mulai rusak saat menghantam atmosfer dan menabrak pohon, sehingga terjatuh dan menyisakan bola-bola api di udara.

"Batu meteor secara tipikal memiliki bentuk bulat dan halus, tidak seperti ini, saat ia jatuh dan ditemukan bentuknya memang seperti hati," ujar Hyslop.

Teori mengenai asal-usul kehidupan di Bumi masih menjadi tanda tanya, mengingat sampai saat ini belum ada satu gagasan utuh yang menjawab pertanyaan cara kehidupan berkembang di planet ini.

Karenanya, tak heran apabila ada sejumlah teori yang berkembang mengenai asal-usul kehidupan di planet Bumi. Salah satunya adalah kemungkinan kehidupan di planet ini ternyata berasal dari luar angkasa.

Dikutip dari Engadget, sekelompok ilmuwan dari McMaster University dan Max Planck Institute for Astronomy baru saja mengemukakan teori yang menyebut kehidupan di Bumi berawal dari meteor. Para peneliti memakai metode kuantitatif dalam riset ini.

Mereka mengambil data tentang Bumi lalu dimasukkan dalam sebuah model matematika yang sudah dibuat sebelumnya. Berdasarkan perhitungan tersebut para peneliti lalu mengambil kesimpulan.

Menurut para peneliti, kehidupan di planet ini berasal dari molekul organik yang terbawa meteorit dan jatuh di permukaan Bumi. Beberapa di antara molekul itu lantas terjatuh di daerah dengan air hangat yang memungkinkan berkembang.

Hasil perhitungan ini turut mendukung teori bahwa polimer RNA terbentuk di kolam air yang hangat. Meteorit sendiri berkontribusi mengirimkan banyak molekul organik yang membuat RNA mereplikasi diri setidaknya dalam satu kolam.(*) 

TAG

BERITA TERKAIT