Sabtu, 02 Februari 2019 11:44
Kelompok OPM. (Sumber: Facebook)
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, PAPUA - Mata-mata dari kelompok separatis Papua Barat, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), membuat laporan ke markas.

 

Dalam laporannya yang dikirim via audio, mata-mata itu menyebutkan, helikopter TNI menjatuhkan bom di Mapenduma sebanyak 4 kali, pada Jumat, 1 Februari kemarin.

Menurut laporan mata-mata tersebut, pengeboman itu terjadi pukul 08.39 WIT di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, Papua.

"Hal ini merupakan lanjutan perang dari 31 Januari 2019, di lapangan Distrik Mapenduma, yang menewaskan 2 anggota TNI itu," lapor mata-mata itu, sebagaimana dirilis dalam media sosial Facebook TPNPBnews.

 

Menurut mata-mata itu, pengeboman 4 kali dari udara di bagian Gunung Kiptano dan dari Gunung Koro, arah kampung Loaroba dan juga arah Paro.

Ada 4 helikopter lanjut dia, yang terus berputar di udara Mapenduma, lalu secara bergiliran menjatuhkan bom. Helikopter tersebut kata mata-mata itu, milik TNI Angkatan Udara.

TPNPBNews juga memposting, ada droping pasukan di Kampung Kambera, Meborok, Seralema dan Dumdum, setelah dua heli puma beroda itu, balik arah ke Timika dan Kenyam. Namun, ada 1 helikopter masih beroperasi di lereng Ndugama.

"Pihak TPNPB belum bisa memastikan korban nyawa dan harta, akan menjusul laporan selanjutnya," pungkasnya.

Kabar hoaks tentang pengeboman, sudah berapa kali diembuskan TPNPB-OPM, untuk memfitnah TNI-Polri di dunia internasional. Laporan-laporan palsu itu diposting di media sosial agar dibaca dunia internasional, supaya mereka bersimpati kepada OPM.

Pasca pembantaian pekerja PT Istaka Karya, mereka menyebutkan salah seorang mandor PT Istaka adalah anggota TNI, padahal pria bernama Jhonny itu mengenakan seragam Nasdem.

Demikian pula saat penyerangan anggota TNI yang menewaskan Praka Nasrudin di Bandara Mapenduma, OPM menyebutkan kalau mereka menyerang TNI, karena tentara ingin merebut bantuan yang dibawa Bupati Nduga, Yarius Gwijangge. 

Padahal faktanya sebagaimana diungkap Kapendam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf M Aidi, TNI malah mengamankan Bupati Nduga yang hendak menyalurkan bantuan ke pengungsi.

Pasca penembakan, OPM juga memfitnah TNI, dengan menyebutkan TNI menodong senjata ke Yarius sambil terbang membawa jenazah Praka Nasrudin ke Timika. Padahal faktanya, Bupati Yarius ikut mengantar jenazah Praka Nasrudin yang tewas karena melindungi Bupati Nduga dari serangan gerombolan pemberontak tersebut.

TAG

BERITA TERKAIT