RAKYATKU.COM - Salah satu perselisihan politik paling rumit di Eropa secara resmi telah berakhir, ketika Parlemen Yunani menyetujui perjanjian yang memungkinkan Makedonia mengubah namanya.
Perjanjian itu disetujui dalam pemungutan suara 153-146 di parlemen Yunani pada hari Jumat.
"Hari ini adalah hari bersejarah. Yunani melindungi bagian penting dari sejarahnya, peninggalan Yunani kuno," kata Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras di Twitter.
Menurut Perjanjian Prespes, yang ditandatangani pada Juni tahun lalu, Makedonia sekarang akan diakui secara internasional sebagai Republik Makedonia Utara. Itu sebagai imbalan bagi Yunani yang membuka jalannya menuju keanggotaan NATO dan Uni Eropa.
Bahasanya akan diakui sebagai "Macedonian" dan warganya sebagai "Macedonian atau Warga Negara Republik Makedonia Utara".
Pemungutan suara di Athena dilakukan hampir dua minggu setelah para anggota parlemen di Skopje menyetujui perubahan nama negara mereka.
Namun, masyarakat di kedua negara tetap terpolarisasi.
Di Athena, ribuan orang mengibarkan bendera dan meneriakkan "pengkhianat" di luar gedung parlemen Yunani, untuk memprotes perjanjian tersebut.
Di Skopje, penentang perjanjian juga turun ke jalan dalam beberapa bulan terakhir.
Trajko Slaveski, mantan menteri keuangan dan anggota oposisi saat ini partai VMRO-DPMNE, menggambarkan perjanjian itu sebagai kekalahan bagi negaranya.
"Kesepakatan itu merupakan kapitulasi belaka di bawah tuntutan negara tetangga yang tidak bertanggung jawab, baik anggota NATO dan UE, dan karena itu tidak dapat didukung," kata Slaveski kepada Al Jazeera.
Bagi Slaveski, ini bukan hanya masalah legitimasi tetapi juga tentang warisan dan identitas.
"Nama negara, dan, terlebih lagi, identitas, budaya, dan sejarah rakyatnya telah diubah di bawah tekanan besar... Ini merusak fondasi negara dan masyarakat kita, dengan konsekuensi serius bagi masa depan kita," katanya.
Namun, yang lain percaya perjanjian itu memiliki implikasi positif bagi kedua negara, baik di tingkat regional dan Eropa.
Kesepakatan itu juga akan memungkinkan kerja sama yang lebih besar di banyak bidang, termasuk dalam menangani krisis pengungsi dan membina hubungan ekonomi yang lebih baik, menurut Gjorgji Filipov, seorang diplomat di Skopje.
"Makedonia dan Yunani menang dan kehilangan sesuatu, tetapi akhirnya itu adalah untuk kebaikan kedua belah pihak," katanya.
Athena telah lama menentang penggunaan nama Makedonia untuk tetangganya, yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 1991 setelah bubarnya bekas Yugoslavia. Mereka merasa nama provinsi-nya telah dirampas.