Kamis, 24 Januari 2019 08:29
Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM - Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada hari Rabu (23/01/2019) memutuskan hubungan dengan AS. Dia juga memberikan waktu 72 jam pada diplomat Amerika  untuk keluar dari negara itu.

 

Pemimpin sosialis itu memerintahkan peninjauan kembali hubungan Venezuela dengan AS beberapa jam setelah pemerintah Trump secara resmi mengakui pemimpin oposisi, Juan Guaido sebagai presiden sementara negara itu.

Sehari sebelumnya, Wakil Presiden Mike Pence mengirim rekaman video ke Venezuela yang menyebut Maduro sebagai "seorang diktator tanpa klaim sah atas kekuasaan."

"Dia tidak pernah memenangkan kursi kepresidenan dalam pemilihan yang bebas dan adil, dan telah mempertahankan cengkeramannya dengan memenjarakan siapa pun yang berani menentangnya," kata Pence dalam video itu.

 

Beberapa jam setelah video dikirim pada hari Selasa, Maduro berbicara di televisi pemerintah, mengatakan bahwa Pence telah membawa hubungan antara kedua ketitik terendah dengan mengesahkan kudeta.

Pada hari Rabu, Trump mengakui Guaido yang berusia 35 tahun, sebagai presiden sementara negara tersebut.

"Warga Venezuela telah menderita terlalu lama di tangan rezim Maduro yang tidak sah," tulis Trump di Twitter.

Hal itu menyebabkan demonstran tumpah ke jalan. Mereka meneriakkan frasa termasuk "Keluar, Maduro." Mereka mengatakan bahwa mereka muak dengan inflasi yang melonjak, kekurangan barang-barang pokok dan krisis migrasi yang memecah belah keluarga.

Protes dilakukan bertepatan dengan tanggal bersejarah bagi Venezuela, yaitu peringatan kudeta tahun 1958 yang menggulingkan diktator militer Marcos Perez Jimenez.

Maduro, yang memulai masa jabatan keduanya sebagai presiden pada 11 Januari setelah pemilihan yang disengketakan, menghadapi meningkatnya permusuhan dari masyarakat internasional.

Dia telah berusaha untuk mendapatkan dukungan dari angkatan bersenjata dengan membagikan pos-pos penting kepada para jenderal top.

Maduro menuduh pihak oposisi menghasut kekerasan dengan tujuan memprovokasi pertumpahan darah

Sumber: Associated Press/ Fox News

TAG

BERITA TERKAIT