Senin, 21 Januari 2019 16:45
Nurahman dan istri sukses berdagang mainan TK.
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Nurahman sibuk mengukur mat pada Jumat (18/1/2019). Tangan kanannya memegang spidol, tangan kiri memegang mistar. Mat tersebut selanjutnya dipotong kecil lalu ditempelkan pada fiber yang bocor.

 

Pria kelahiran Madura, 7 Maret 1973 akrab disapa Maman. Di sampingnya, ada perempuan terlihat sedang mengecat mainan bola dunia. Wanita tersebut Sunarti, istri dari Nurahman. Keduanya adalah pengrajin mainan TK.

Maman dan istrinya bukanlah penduduk asli Kota Makassar. Mereka perantau yang mengadu nasib di Kota Makassar. Dari hasil usahanya tersebut, mereka membiayai kebutuhan hidup tiga orang anaknya yang tinggal bersama nenek di Pulau Jawa.

"Hanya berdua di sini. Ada anak sudah tiga tetapi bersekolah dan tinggal bersama neneknya di Jawa. Kalau ada rezeki, jualan lancar, saya langsung kirimkan mereka uang," tambah Maman yang menggunakan celana pendek. 

 

Maman mengaku sudah belasan tahun berjualan perlengkapan permainan anak TK. Tak hanya di Makassar, ia telah berpindah-pindah tempat untuk mengadu nasib. Maman pernah berjualan di Pulau Kalimantan di daerah Sampit, Batu Licin, dan Banjarmasin.

Awalnya, dia berjualan di Jalan AP Pettatan. Setelah fly over dibangun, dia pindah ke Jalan Urip Sumoharjo, tepatnya di depan kampus Universitas Bosowa, Makassar.

"Saat di Kalimantan, saya ketemu orang Bugis. Dia banyak cerita tentang Sulsel. Saya ditanya kalau di kota ini baik. Kalau masyarakat suka barang, harga tidak jadi masalah. Jadi saya tertarik dan memang sudah terbukti," tambahnya lagi. 

Perlengkapan permainan anak TK buatannya sekarang sudah banyak pesanan. Bahkan barangnya sudah dipesan dari berbagai daerah seperti dari Manado, Palu, Kendari, Jeneponto. Bahkan hingga Papua dan Merauke.

"Barang-barang yang dijual paling banyak dipesan dari sekolah-sekolah. Jumlah yabg dipesan bervariasi biasa tiga unit tergantung kebutuhan mereka," bebernya. 

Mainan yang dia jual antara lain perosotan anak, ayunan dorong-dorong, panjat outbound, cangkir putar, bola dunia putar, bongkar pasang, sampai kuda-kudaan. Maman tak punya karyawan, semua permainan dikerjakan berdua dengan istrinya.

Satu unit permainan seperti perosotan, Maman membutuhkan waktu paling lama dua hari. Istrinya bertugas mengecat mainan tersebut. 

"Harganya terjangkau. Ayunan dorong-dorong Rp5 juta-Rp6 juta. Panjatan outbound seharga Rp2 juta-Rp3 juta, cangkir putar-putar Rp3 juta-Rp4 juta, perosotan atau luncuran Rp1,5 juta- Rp3,5 juta. Permaiman bongkar pasang Rp50 ribu-Rp80 ribu dan kuda-kudaan goyang Rp250 ribu-Rp400 ribu," ucapnya.

Maman menambah awal mula ia tertarik dengan usaha jualan mainan TK saat perjalanan ke Malang. Di tengah perjalanan ia singgah melihat jualan permaianan anak-anak yang dijajakan. 

"Suatu waktu dari perjalanan dari Madura mau ke Malang, pas lewat ada penjual mainan. Karena bagus saya liat akhirnya saya singgah tanya harga. Karena sering lewat akhirnya saya ambil barangnya untuk dijual. Waktu itu hanya ambil barangnya, lalu baru saya kirimkan uangnya. Mulai dari situ sampai sekarang ini," kenangnya.

TAG

BERITA TERKAIT