RAKYATKU.COM -- Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti tidak hanya mengancam saat musim hujan saja. Nyamuk yang berkembang di genangan air ini ternyata juga bisa muncul saat musim kemarau.
Sebagian besar wilayah di Indonesia tidak pernah benar-benar kehilangan air meski dalam musim kemarau sekalipun. Pada masa kemarau pun, genangan air masih ada di tempat-tempat tertentu.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengingatkan kepada masyarakat untuk mewaspadai DBD. Tidak hanya di musim hujan, tapi juga musim kemarau. Terutama di tempat-tempat genangan air atau barang bekas.
"DBD pun rentan menyerang manusia di musim kemarau, tepatnya di genangan air yang tersisa di barang bekas di gudang rumah atau bak mandi yang jarang dikuras," kata Menkes Nila dalam rilisnya.
Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, menyebutkan pada 2018 telah ada 584 kasus DBD. Kasus-kasus ini berada pada 6 provinsi dan 8 kabupaten/kota.
Untuk menanggulanginya, pada November 2018 lalu Kemenkes telah mengirimkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus DBD kepada para Gubernur. Kemenkes juga melakukan tindakan pencegahan dengan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M+, mulai dari menutup semua tampungan air atau sumber air, hingga menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan fasilitas layanan kesehatan diimbau tetap waspada jika ada demam. Mereka diminta untuk segera memikirkan kemungkinan demam dengue dan memperhatikan pola penambahan kasus.
"Bila ada kasus DBD maka segera lakukan penyelidikan epidemi dan penanggulangan fokus seperti fogging dan pemberian larvasida," katanya.
Selain itu, Nadia juga berujar bahwa ada tim gerak cepat yang terintegrasi antara pusat dan daerah termasuk imbauan ke sekolah untuk mengaktifkan PSN.