RAKYATKU.COM --- #10YearsChallenge mulai menjadi viral di media sosial. Banyak warga net yang tampaknya sedang 'terjebak' dalam nostalgia dengan berpartisipasi lewat Tantangan 10 Tahun. Ada yang sekadar berbagi foto-foto pribadi dari 10 tahun sebelumnya, tapi, lagi-lagi, ada juga yang menggunakannya untuk kepentingan politik.
Mungkin dalam beberapa hari terakhir Anda atau teman dan kerabat sedang sibuk mencari foto dari sepuluh tahun lalu, atau 2009. Foto itu kemudian diunggah ke berbagai platform media sosial dan dibandingkan dengan foto terbaru Anda di 2019.
Ini adalah esensi dari 10 Years Challenge atau Tantangan 10 Tahun yang sedang dilakukan oleh banyak warganet. Bahkan juga lembaga kenegaraan resmi, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengikuti #10YearsChallenge ini.
Menurut catatan Spredfast, di Indonesia, tagar #10yearschallenge mulai digunakan pada Senin (14/1) dan masih meningkat terus penggunaannya sampai tulisan ini dibuat. Dalam empat hari terakhir, tercatat ada sekitar 105 ribu cuitan terkait tagar tersebut.
Beberapa tagar lain yang juga digunakan terkait tantangan ini antara lain #2009vs2019 dan #10yearsagochallenge.
Namun tagar yang paling banyak digunakan tetap #10yearschallenge. Di pencarian Google pun, '10 Years Challenge' menjadi urutan nomor satu.
Tantangan ini memang pada dasarnya membandingkan foto-foto pribadi dari para warganet, namun kemudian ada yang menggunakannya untuk tujuan penyadaran lingkungan.
Salah satu unggahan yang populer adalah perbandingan antara volume es kutub yang mencair sebagai salah satu dampak pemanasan global. Ada pula yang menyoroti 'penampilan' kurs rupiah.
Situs WIRED menurunkan tulisan Kate O'Neill yang mengajukan kemungkinan bahwa meme yang sedang populer ini adalah cara untuk membantu teknologi pengenalan wajah bekerja lebih baik dalam mengidentifikasi pertambahan usia pada seseorang.Perbandingan antara 2009 dan 2019 membantu teknologi tersebut dengan 'memperjelas konteks'.
"Dan karena meme ini, kini ada set data yang sangat besar, dan dipilih secara hati-hati oleh orang-orang dari 10 tahun lalu dan sekarang."
O'Neill juga menegaskan bahwa teknologi ini tak sepenuhnya negatif, karena pengenalan wajah bisa membantu polisi di New Delhi, India, menemukan kembali sekitar 3.000 anak hilang.
Yang terpenting, menurutnya, adalah bahwa "kita harus menjadi lebih sadar akan data yang kita buat dan ciptakan, akses yang kita berikan terhadap data itu, dan implikasi penggunaannya."
Atau mungkin, sebelum ikut berpartisipasi dalam tantangan 10 tahun, bisa juga menjadikan cuitan seorang warganet ini sebagai bahan pertimbangan.