Kamis, 17 Januari 2019 17:16
Ketua DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Sulsel, Suhardi saat konferensi pers bersama PHRI, IHGMA dan ASITA di Hotel Claro Makassar, Kamis (17/1/2019).
Editor : Al Khoriah Etiek Nugraha

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Ketua DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Sulsel, Suhardi, mengaku tersentak dengan adanya kebijakan kenaikan tiket pesawat

 

Pasalnya, pihaknya sementara menyelaraskan semua industri pariwisata di Sulawesi Selatan agar layak dijual, namun tiket pesawat menjadi persoalan baru, di Kawasan Indonesia Timur.

"Seakaan-akan barang itu sudah mau ditelan tapi dengan kondisi seperti ini akhirnya dimuntahkan lagi," ujar Suhardi dalam konferensi pers bersama PHRI, IHGMA dan ASITA di Hotel Claro Makassar, Kamis (17/1/2019).

Selain harga tiket yang melambung, persoalan bagasi juga menjadi persoalan tambahan yang harus dipikirkan. Pasalnya layanan bagasi gratis juga dihapuskan oleh beberapa industri penerbangan.

 

"Lebih para lagi masalah bagasi. Coba dibanyakan jika 6 jam harus melapor di Bandara. Sementara wisatawan domestik di makassar belanjanya di hari terakhir, 6 jam baru belanja di toko setelah itu makan siang, kemudian perjalanan ke bandara, mana sempat untuk mengecek bagasi," ungkapkan.  

Menurut Suhardi, para pelaku Usaha Kecil Menegah (UKM) juga terpukul atas kebijakan bagasi tersebut. 

"Bagaimana mereka harus membeli souvenir jika bagasi lebih mahal.  Selama ini mereka kadang membeli souvenir 1 orang 5 kilo, 10 kilo bahkan lebih lagi. Kalau seperti ini bagaimana mereka harus membawa barang-barangnya," tuturnya.

TAG

BERITA TERKAIT