RAKYATKU.COM - Remaja asal Arab Saudi, Rahaf Mohammed Al Qunun yang diberi suaka di Kanada mengatakan bahwa dia dilecehkan secara fisik dan mental oleh keluarganya sejak usia 16 tahun. Hal itulah, kata dia, yang memaksanya untuk mempertaruhkan nyawanya dan melarikan diri dari kerajaan dan murtad.
Berbicara kepada media untuk pertama kalinya sejak mendarat di Toronto pada Sabtu lalu, remaja berusia 18 tahun itu merinci penganiayaan oleh keluarganya dengan mengatakan bahwa dia berharap kisahnya akan mendorong perempuan Saudi lainnya untuk "berani dan bebas", dikutip dari Al Jazeera, Rabu (16/1/2019).
Pekan lalu, dia melarikan diri ke Thailand saat mengunjungi Kuwait bersama keluarganya. Kasusnya menarik perhatian internasional di media sosial setelah dia membarikade dirinya di kamar hotel bandara Bangkok setelah pihak berwenang Thailand mengancam akan mendeportasinya dan secara langsung mengirim tweetnya tentang upaya nekatnya untuk melarikan diri.
"Hidup saya dalam bahaya dan saya merasa tidak ada ruginya. Saya ingin menceritakan kisah saya kepada orang-orang dan tentang apa yang terjadi pada wanita Saudi," katanya kepada berita CBC Kanada dan Toronto Star, Senin.
Mohammed, yang telah menjatuhkan "al-Qunun" dari namanya setelah mengetahui tentang keluarganya yang memungkiri dirinya, mengatakan dia dipukuli karena tidak sholat dan dikurung di rumah selama enam bulan karena memotong rambutnya pendek.
"Saya terpapar dengan kekerasan fisik, penganiayaan, penindasan, ancaman untuk dibunuh," katanya. "Saya merasa bahwa saya tidak dapat mencapai impian saya yang saya inginkan selama saya masih tinggal di Arab Saudi.
"Ini penindasan setiap hari," Mohammed menambahkan. "Kami diperlakukan sebagai objek, seperti budak. Kami tidak bisa membuat keputusan tentang apa yang kami inginkan."
Menyusul kebuntuan 48 jam di bandara Bangkok, Mohammed diizinkan masuk ke Thailand dan kemudian diproses sebagai pengungsi oleh badan pengungsi PBB .
Remaja itu mengklaim bahwa dia telah merenungkan untuk mengakhiri hidupnya selama cobaan, ketika ayah dan saudara lelakinya melakukan perjalanan untuk menjemputnya di Thailand.
"Saya takut ditangkap, ditangkap dan dikirim pulang, dan tidak ada yang tahu apa-apa tentang saya," katanya.