RAKYATKU.COM - Pernahkah merasakan rindu berat yang tak tertahankan hingga membuat Anda sensitif dan kerap menangis? Jika pernah, maka itu merupakan hal yang wajar.
Nyatanya, perasaan rindu ini tak hanya memengaruhi sisi emosional, tetapi juga otak. Apa saja yang terjadi pada otak saat Anda merasa rindu?
Dilansir laman Elite Daily, reaksi kimia di otak saat Anda rindu pada pasangan dapat menjelaskan buncahan perasaan yang timbul.
Banyak hal yang dilakukan atau dirasakan manusia didorong oleh proses di otak dan ini tidak disadari. Namun, bukan berarti perasaan yang muncul lewat proses di otak tersebut tidak dapat berpengaruh secara nyata.
Menurut studi dari Universitas Yeshiva, Amerika Serikat (AS), oleh ahli saraf Lucy Brown, gejala putus obat (withdrawal) dan perpisahan dengan orang yang dicinta, misalnya akibat putus cinta atau hubungan jarak jauh, di otak dikatakan mirip.
“Ada beberapa proses neurokimia yang muncul pada pria dan wanita ketika mereka sedang jatuh cinta,” kata Clarissa Silva, peneliti perilaku dan relationship coach asal AS.
Selain estrogen dan testosteron, tubuh akan melepaskan adrenalin, dopamin, dan serotonin. Dopamin adalah yang menciptakan perilaku ksatria pada pria dan keterikatan yang dalam pada wanita.
Ketika Anda jatuh cinta pada seseorang, secara alami tubuh akan mempercepat produksi hormon-hormon di atas. Kemudian, terjadilah intensitas kimiawi yang disebut sebagai “cinta”. Tak butuh waktu lama untuk tubuh menjadi ketagihan akan euforia perasaan cinta yang dipicu oleh si dia.
“Ketika Anda merasa rindu, semua proses di atas mereda dan dapat menyebabkan sakit hati. Pada dasarnya, emosi akan meniru otak ketika berpisah dengan orang yang dicinta,” jelas Clarissa.
Ditambahkan oleh Jennifer B. Rhodes, psikolog sekaligus pendiri Rapport Relationships Jennifer B. Rhodes, lama dan dalamnya hubungan berdampak pada cara otak memproses perasaan rindu.
Kata Jennifer lagi, ketika pasangan harus pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan atau harus menamatkan pendidikan di luar negeri, Anda tentunya merasa stres (khususnya jika hubungan Anda tergolong baru). Ketika Anda merasa stres, secara biologis Anda mencari validasi bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Semakin Anda merasa nyaman dan aman dengan pasangan, maka pengaruh hormon terhadap proses ini menurun,” tambahnya.
Namanya juga kangen, tentunya rasanya tak enak! Jika pasangan tak berada di sisi Anda, bisa jadi Anda tak bergairah, semangat menurun, bahkan bisa terus-terusan sedih. Namun, jangan biarkan perasaan tersebut mengambil alih kendali fisik dan mental Anda. Jennifer menyarankan Anda untuk melakukan hal-hal kreatif atau hobi lainnya (melukis, memasak, mendengarkan musik, dan lain-lain) yang dapat memberikan mood positif.
Ketika Anda melakukan hal-hal yang kreatif, otak mengeluarkan dopamin. Hormon tersebut diketahui sebagai antidepresan alami. Mengalihkan diri dari kesedihan yang Anda rasakan akibat rindu bisa menjadi kunci penting untuk melewatinya.
Rindu dengan pasangan atau mantan wajar terjadi. Perasaan sedih yang Anda rasakan nyatanya juga diatur oleh otak. Jika rasa rindu yang Anda rasakan berkepanjangan, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Banyak orang di luar sana merasakan apa yang Anda rasakan, bahkan memiliki situasi yang lebih sulit.
Jika Anda berhasil mengalihkan rasa rindu dengan hal-hal yang positif, maka bukan tak mungkin nantinya jalinan kasih Anda dan pasangan atau hubungan Anda yang selanjutnya akan semakin kuat.
Sumber: KlikDokter