Minggu, 13 Januari 2019 20:10
Editor : Ibnu Kasir Amahoru

RAKYATKU.COM, MAMASA – Cerita tentang mayat berjalan, mungkin hanya bisa ditemukan di salah satu daerah pegunungan di Sulawesi Barat, tepatnya di Kabupaten Mamasa.

 

Kali ini, sebuah lukisan yang mencerminkan cerita tentang mayat berjalan di Mamasa tempo dulu, ikut dalam sebuah pameran di Jakarta.

Sejumlah karya seni lukis ditampilkan bertajuk 'Sulawesi Pa’rasanganta' di Bentara Budaya Jakarta. Salah satu karya lukis yang ikut dalam pameran tersebut adalah lukisan mayat berjalan karya Daniel Suvyanto.

Daniel Suvyanto berasal dari Desa Kallan, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa. Dia merupakan alumni Universitas Negeri Makassar (UNM) pada jurusan Seni Rupa pada tahun 2018 lalu.

 

Menurut Daniel, lukisan mayat berjalan itu diminta langsung oleh pengelola Bentara Budaya Indonesia tanpa seleksi untuk diikutkan dalam pameran, karena itu dianggap karya terunik jika ditampilkan dalam sebuah pameran. 

“Ini juga kesempatan untuk meperkenalkan budaya Mamasa kepada orang-orang luar. Paling tidak jika melihat lukisan saya  mereka bisah mengetahui bahwa Mamasa punya budaya yang cukup unik yang sagat bedah dengan daerah lain,” ungkap Daniel saat dikonfirmasi via whatsapp Minggu, (13/1/2019).

Kata Daniel, ia melukis mayat berjalan berdasarkan cerita orang tua di kampungnya. Di Mamasa pada tempo dulu ada tradisi menjalankan mayat. Mayat dijalankan ketika ada orang Mamasa yang berada di luar meninggal kemudian mayatnya akan dibawa ke kampung halamannya. 

Namun karena kampung halamannya jauh, maka mayat itu dibuat berjalan hingga tiba di kampung asalnya. Kekuatan magic itu dilakukan oleh keluarga mayat.

“Hal itu yang kemudian menginspirasi saya. Untuk melukis sebuah tradisi atau budaya masyarakat Mamasa (mayat berjalan-red) yang saat ini bisa dikata punah ditelan zaman,” ujarnya.

Ia berharap lewat karya lukisnya itu, bisa menginsiprasi banyak orang, termasuk membangkitkan semangat generasi muda Mamasa agar terus berkarya untuk kemajuan Mamasa kedepan, tanpa melupakan atau merasa malu mengenali budaya sendiri.

“Menurt saya untuk memperkenalkan budaya Mamasa, bisa dilakukan dengan promosi dengan menggelar even–even, seperti pameran budaya atau karnaval budaya. Karena dengan begitu secara tidak langsung akan mengundang orang luar datang di Mamasa, juga sebagai upaya memperkenalkan budaya Mamasa kepada generasi muda yang ada saat ini,” tukasnya.

TAG

BERITA TERKAIT