RAKYATKU.COM - Rahaf Mohammed Alqunun akhirnya bisa bernafas lega. Kanada telah bersedia memberikannya suaka, dan dia telah terbang ke nagara itu untuk memulai kehidupan barunya.
Gadis berusia 18 tahun ini berhasil mendapatkan dukungan berkat perjuangannya untuk mencari kebebasan. Dengan menggunakan kekuatan media sosial, ia mengumpulkan perhatian praktiasi perempuan, pembela hak asasi manusia, dan pemimpin dunia.
Hanya dalam waktu satu minggu, Rahaf telah menarik sekitar 129.000 pengikut di Twitter. Banyak dari mereka merayakan keberhasilannya.
Yah, Rahaf Alqanun terus-menerus mengklaim bahwa ia telah disiksa oleh keluarganya, baik secara emosional maupun fisik. Yang membuatnya lebih khawatir adalah langkah beraninya untuk murtad. Itu membuatnya berpotensi menjadi sasaran hukum Saudi dan juga keluarganya.
Kepada dunia, dia mengatakan bahwa dia mengkhawatirkan nyawanya, karena bisa saja dibunuh oleh keluarganya karena telah meninggalkan Islam.
Tapi, apa yang dilakukan Rahaf sejauh ini telah mendapatkan pujian. Dia dianggap dapat memberikan harapan bagi wanita Saudi lainnya yang menghadapai pelanggaran HAM.
Seorang wartawan Saudi, Sarah Aziza mengatakan kepada DW bahwa pelanggaran hak asasi manusia terus menjadi masalah di Arab Saudi.
"Kali ini banyak aktivis, dan orang-orang di Barat, siap untuk bereaksi, untuk mengkritik pemerintah Saudi," katanya.
"Penting juga untuk dicatat bahwa beberapa kicauan dan tuntutan yang disuarakan terhadap pemerintah [Saudi] dalam bahasa Inggris. Ini, juga, memberikan daya tarik lebih besar bagi mobilisasi."
Pelarian Rahaf untuk mencari suaka hanyalah masalah hak asasi manusia tingkat tinggi terbaru yang merusak reputasi global Arab Saudi. Sebelumnya, negara ini juga menghadapi tekanan internasional atas pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober tahun lalu.