RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Rabu, 9 Januari 2019. Matahari sudah di atas kepala. Jarum jam menunjuk sekitar pukul 11.30 Wita.
Marwah menyetop sebuah angkutan kampus 05 jurusan Unhas-Veteran. Dosen salah satu perguruan tinggi swasta itu, baru saja dari kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IX Sulawesi di Jalan Bung.
Di angkot, ada sudah ada tiga penumpang. Dua pria, satu wanita.
Sopir yang memakai baju hitam dan bertopi hitam, mulai injak pedal gas setelah Marwah duduk di atas angkot.
Mobil mulai jalan, Marwah melihat ada penumpang perempuan di depannya.
Sementara di sampingnya, dua pria. Ia tidak curiga akan niat jahat salah satu dari ketiga penumpang tersebut.
Salah seorang pria yang usianya agak tua, sempat ajak bicara. Usai itu, Marwah tak ingat apa-apa lagi.
Pete-pete sudah sampai di ujung Jl Veteran, Marwah turun dan harus nyambung naik bentor, karena angkot tidak lewat di depan kampusnya.
Saat turun dari atas angkutan umum itu, Marwah merasa masih menggenggam tas berisi Laptop, yang di dalamnya banyak data-data penting.
Seorang tukang bentor menawarkan jasa kepada Marwa, ia kemudian naik kemudian berangkat menuju ke kampus. Tujuan sudah sampai, ia kemudian berjalan dengan santai masuk ke dalam kampus.
Marwah belum sadar jika tas yang berisi Laptop tersebut sudah tidak ia pegang. Di dalam kampus, seorang dosen wanita menyapa Marwah dengan memukul tangannya.
Di situ Marwah
baru sadar, dia tidak menggenggam laptop.
"Aduhhhhhhh mana Laptop dan barang saya," Marwah langsung tersadar jika barang bawaan dan Laptopnya sudah tidak ada.
Ia merasa telah menjadi korban hipnotis di atas angkutan umum tadi.
Marwah panik, ia langsung teringat tentang file dan data-data penting yang ada di dalam laptop tersebut.
Ia tak tahu lagi mau harus mencari di mana laptop itu.
Dalam suasana panik, sekitar pukul 15.00 Wita, sebuah panggilan masuk. Tidak ada nomor di situ.
Ia kemudian mengangkat telepon tersebut. Dari seberang telepon, terdengar suara laki-laki.
"Saya sopir pete-pete yang tadi kita tumpangi, ada laptop ta sama saya," kata lelaki paruh baya tersebut.
Perasaan Marwa sangat senang. Ia bersyukur laptop tersebut kembali. Data-data penting bisa kembali ia ambil. Ia tidak perlu lagi mencari data pengganti.
"Alhamdulillah" katanya.
Sopir pete-pete itu kemudian mengantar laptop ke kampus. Dia datang bersama temannya.
"Ini laptop ta bu," kata sopir pete-pete kepada Marwah yang sudah menunggu dari tadi.
Kepada Marwah, sopir itu bercerita. Ia melihat laptop itu dibawa oleh seorang lelaki, yang juga merupakan penumpangnya. Sopir melihat bahwa laptop yang dibawa lelaki tersebut, mirip dengan laptop yang dibawa Marwah saat naik di Perintis Kemerdekaan.
"Hei, itu laptop penumpang saya. Sini," sopir tersebut langsung merebut laptop tersebut.
Usai laptop tersebut direbut sopir dari tangannya, pria itu langsung lari.
Sopir angkot itu kemudian mencari tahu identitas pemilik laptop. Ia mencari temannya yang bisa buka laptop itu.
Temannya membuka file di dalam laptop. Dia dapat dokumen dengan file CV. Dia buka, di situlah ia dapat identitas pemilik laptop.
Sopir tersebut kemudian berinisiatif menelepon Marwah lewat nomor itu.
"Kasihan katanya, dia pikir dataku.Jadi dia suruh orang buka ki karena tidak pintar ki buka laptop. Nah dia dapat nomor teleponku di dalam biodata itu," tutupnya.
Marwah berharap kejadian yang menimpanya tidak terulang pada penumpang lain. Dia minta, para penumpang di angkutan umum, khususnya perempuan, bisa mewaspadai maraknya tukang hipnotis.