RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Tahun 2019 ini akan dipenuhi dengan hingar bingar perpolitikan. Dua pesta politik akbar akan dihelat sekaligus, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Karena itu, menjadi kesepakatan bersama menyebut tahun 2019 sebagai tahun politik.
Sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, tahun politik tentu akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali di bidang pariwisata.
Dosen Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar, Islahuddin mengungkapkan sejumlah plus minus dari tahun politik ini bagi dunia pariwisata, termasuk di Sulawesi Selatan.
"Pariwisata itu sangat rentan dengan keadaan sekelilingnya, untuk berwisata dapat dikatakan hanya sekitar 20 persen komponen pariwisatanya, 80 persen sangat bergantung pada beberapa sektor. Mulai dari infrastruktur, masyarakat, iklim (cuaca) sampai pada iklim politik," jelasnya.
Tahun 2019, lanjut Islahuddin, merupakan puncak perhelatan demokrasi di Indonesia yang tentu saja akan sangat kental dengan aroma politik.
"Jika kita mampu menjaga iklim politik, khususnya Sulsel, tetap hangat dan bersahabat maka iklim pariwisata akan cerah," ungkapnya.
Selain itu, menurut Islahuddin, usaha pariwisata yaitu akomodasi dan restoran, akan kecipratan anugrah dari kegiatan kampanye parpol, caleg, dan presiden.
"Jika semua tamu-tamu dari luar Sulsel dalam hal ini para anggota tim inti dan tim hore dari para kandidat, dianggap sebagai wisatawan maka tentu saja jumlah kunjungan wisnus (wisatawan nusantara) ke Sulsel di tahun politik 2019 akan meningkat," jelasnya.
Sementara, lanjutnya, angka kunjungan wisatawan mancanegara juga akan meningkat sebagai sumbangan dari beberapa pengamat pemilu yang berasal dari luar negeri.